A. Pendahuluan
Dalam keberadaan
manusia sebagai mahkluk yang berbudaya dan mahkluk sosial, bahasa merupakan
alat utama dalam mendukung segala aktifitas manusia. Dengan kata lain, tidak
ada kegiatan manusia yang tidak disertai bahasa. Bahasa adalah sebuah sistem
dalam kehidupan manusia sehari-hari yang berkaitan dengan dengan susunan
teratur berpola yang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna atau memiliki
fungsi. Sistem bahasa ini dibentuk oleh sejumlah unsur atau komponen yang satu
dengan lainnya berhubungan secara fungsional (Chaer, 2007: 34). Secara
sistematis bahasa merupakan pola-pola keteraturan yang membentuk suatu sistem
yang tunggal yang dibentuk dari komponen-komponennya.
Bahasa juga bersifat
unik yaitu mempunyai karakteristik yang berbeda antara satu bahasa dengan
bahasa lainnya. Keunikan ini meliputi sistem bunyi, sistem pembentukan kata,
sistem huruf, dan sebagainya. Selain keunikan yang membuat perbedaan antara
bahasa, ada unsur kesamaan yang juga dimiliki masing-masing bahasa, misalnya
masing-masing bahasa memiliki persamaan umum seperti vokal dan konsonan.
Perkembangan
pembelajaran bahasa arab yang semakin meningkat dari masa ke masa, membuat para
ahli bahasa semakin aktif dalam menemukan strategi dan metode pengajaran bahasa
arab yang baru. Sehingga pada awal tahun 1947 muncullah metode sam`iyah
syafahiyah. Untuk lebih mengetahui tentang metode ini, penulis akan membahas
tentang latar belakang, karakteristik, kelebihan dan kekurangan serta
langkag-langkah yang harus dilakukan pada metode sam`iyah syafahiyah ini.
B. Pembahasan
1.
Latar belakang lahirnya metode sam`iyah syafahiyah
Metode audiolingual (sam`iyah syafahiyah) mula-mula muncul di
Amerika Serikat. Kelahirannya tidak terlepas dari konteks sosial politik negara
itu. Yaitu ketika terjadinya pergolakan perang dunia ke II. Saat itu amerika
mengalami kekalahan perang, maka untuk kepentingan kepenggalangan kekuatan baru
ia sangat membutuhkan personalia yang sangat lancar berbahasa asing yang mampu
bekerja sebagai penerjemah, agar bisa berkomunikasi langsung dengan penduduk
setempat. Untuk memenuhi kebutuhan ini diperlukan suatu program yang mampu
mengembangkan kemampuan berbahasa asing secara cepat sebagai tindak lanjutnya,
pemerintahan amerika serikat menugaskan beberapa universitas untuk merencanakan
program pengajaran bahasa asing untuk para personalia militer yang mempunyai
kemampuan bahasa yang diperlukan. Maka didirikanlah badan yang dinamakan Army
Specialized Training Program (ASTP) pada tahun 1942.
Tujuan dari program ini adalah agar peserta memiliki keterampilan
berbicara dalam beberapa bahasa asing. Oleh karena tujuan ini bukan hal yang
lazim di AS pada waktu itu, maka diperlukan pendekatan dan metode yang lain
daripada yang lain. Maka muncullah metode yang dikenal dengan Army Method.
Pada mulanya metode ini ditujukan pada kalangan militer tapi selanjutnya
digunakan juga untuk umum. Metode ini pada dasarnya mengintensifkan
prinsip-prinsip pada direct method atau metode langsung yang dikembangkan oleh
Carles Berlitz di jerman menjelang abad ke-19. Metode ini mencoba
menstimulasikan cara belajar bahasa asing secara langsung dan intensif dalam
komunikasi. Pelajar bahasa asing dalam hal ini dibiasakan untuk berfikir dengan
bahasa asing. Oleh karena itu pengguna bahasa ibu dan bahasa kedua dielakkan
sama sekali. Melihat adanya peningkatan kebutuhan akan penguasaan bahasa asing
memandang perlu adanya metode yang dipandang lebih berhasil guna, maka pada
tahun 1947 muncullah metode audiolingual[1].
2.
Karakteristik
`karakteristik yang menonjol dari metode sam`iyah syafahiyah
(audiolingual) ini menurut Fuad Efendi
adalah:
a.
Tujuan pengajarannya adalah penguasaan empat keterampilan berbahasa
secara seimbang.
b.
Urutan penyajiannya adalah menyimak dan berbicara baru kemudian
membaca dan menulis.
c.
Model kalimat bahasa asing diberikan dalam bentuk percakapan untuk
dihafalkan.
d.
Penguasaan pola kalimat dilakukan dengan latihan-latihan pola.
e.
Kosa kata dibatasi secara ketat dan selalu dihubungkan dengan
konteks kalimat atau ungkapan bukan sebagai kata-kata lepas yang berdiri
sendiri.
f.
Pengajaran sistem bunyi secara sistematis agar dapat digunakan atau
dipraktekan oleh pelajar dengan teknik demonstrasi, peniruan komparasi, kontras
dan lain-lain.
g.
Pelajaran menulis merupakan representasi dari pelajaran mberbicara.
h.
Penerjemahan dihindari.
i.
Gramatika tidak diajarkan pada tahap permulaan.
j.
Pemilihan materi ditekankan pada unit dan pola yang menunjukan
adanya perbedaan struktural antara bahasa asing yang diajarkan dan bahasa ibu
pelajar.
k.
Kemungkinan-kemungkinan terjadinya kesalahan siswa dalam memberikan
respon harus sungguh-sungguh dihindari.
l.
Guru menjadi pusat dalam kegiatan kelas.
m.
Penggunaan bahasa rekaman, laboratorium bahasa dan visual sangat
dipentingkan[2].
Dan secara singkat bisri musthafa dan abdul hamid mengemukakan
ciri-ciri penggunaan thariqah as-sam`iyah al-syafawiyah adalah sebagai berikut:
a.
Metode ini berangkat dari gambaran bahwa bahasa adalah seperangkat
simbol-simbol suara yang dikenaloleh anggota masyarakat untuk mengadakan
komunikasi diantara mereka. Maka tujuan pokok pengajaran bahasa arab adalah
memberi bekal kemampuan bagi selain penutur arab agar mampu berkomunikasi aktif
dengan penutur arab dengan berbagai keterampilan dan dalam berbagai situasi.
b.
Guru dalam mengajarkan keterampilan bahasa mengikuti urutan asli
pemerolehan bahasa pertama, yaitu dari keterampilan mendengar dahulu kemudian
menirukan pembicaraan orang-orang sekitar dan mengucapkan kata-kata, membaca
dan terakhir menulisnya. Jadi urutan 4 ketrampilan bahasa menurut metode ini
adalah dimulai dari istima`, kalam, qiraah dan kitabah.
c.
Metode ini didasarkan pada pandangan ahli antropologi kebudayaan.
Bahwasanya budaya bukanlah sekedar bentuk seni atau sastra akan tetapi budaya
merupakan gaya hidup yang melingkupi kehidupan suatu kelompok yang berbicara
dengan bahasa mereka. Oleh sebab itu mengajarkan bentuk-bentuk budaya arab
adalah hal yang lazim ditengah-tengah pengajaran bahasa[3].
Bedasarkan kepada berapa karakteristik diatas, para pemerhati
bahasa memberikan penilaian yang berkaitan dengan metode ini menurut mereka
pola pengajarannya yang berurutan dari stimulus-respon, pada gilirannya
melahirkan output yang mekanistis, yaitu peserta didik yang terkadang tidak
mengetahui atau tidak memikirkan makna ujaran yang diungkapkan. Keaktifan siswa
didalam kelas adalah keaktifan yang semu, karena mereka hanya merespon
rangsangan guru. Namun demikian metodde ini telah mengokohkan pondasi yang kuat
bagi pemekaran pengajaran bahasa khususnya dalam keterampilan pelafalan yang
akurat[4].
3.
Kelebihan dan kelemahan
Metode sam`iyah syafahiyah ini merupakan metode yang cocok dan
lebih ditekankan pada pembelajaran mendengar dan berbicara. Oleh sebab itu
metode ini juga memiliki kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan dari
kelemahan ini adalah :
a.
Para pelajar memiliki keterampilan pelafalan yang bagus
b.
Para pelajar terampil dalam membuat pola-pola kalimat baku yang
sudah dilatihkan
c.
Pelajar dapat melakukan komunikasi lisan dengan baik karena latihan
menyimak dan berbicara intensif
d.
Suasana kelas hidup karena para pelajar tidak tinggal diam, harus
terus menerus merespon stimulus guru.
Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah:
a.
Respon para pelajar cendrung mekanistis, sering tidak mengetahui
atau tidak memikirkan makna ujaran yang diucapkan. Kondisi ini bisa berjalan
selama beberapa bulan, sehingga para pelajar yang sudah dewasa banyak mengalami
kebosanan.
b.
Pelajar bisa berkomunikasi dengan lancar hanya apabila yang
digunakan telah dilatihkan sebelumnya didalam kelas.
c.
Makna kalimat yang diajarkan biasanya terlepas dari konteks,
sehingga pelajar hanya mengalami satu makna. Padahal suatu kalimat atau
ungkapan bisa mempunyai beberapa makna tergantung konteksnya.
d.
Keaktifan siswa didalam kelas adalah keaktifan yang semu, karena
mereka hanya merespon rangsangan guru.
e.
Karena kesalahan dianggap dosa maka pelajar tidak dianjurkan
berinteraksi secara lisan atau tertulis sebelum menguasai pola secara benar.
Akibatnya pelajar kaku menggunakan bahasa.
f.
Latihan-latihan pola bersifat manipulatif tidak kontekstual dan
tidak realistis[5].
Secara singkat
bisri juga mengemukakan tentang kelemahan dan kelebihan metode ini (sam`iyah
syafahiyah), kelebihannya adalah;
a.
Memberi banyak latihan dan praktik dalam aspek keterampilan
menyimak dan berbicara
b.
Para siswa menguasai pelafalan dengan baik
c.
Para siswa terampil dalam membuat pola-pola kalimat seperti yang
telah dilatihkan
Dan
kekurangannya antara lain adalah;
a.
Sangat membutuhkan guru yang terampil dan cekatan
b.
Ulangan seringkali membosankan serta menghambat penghipotesisan
kaedah-kaedah bahasa
c.
Kurang sekali memberikan perhatian pada ujaran/tuturan spontan,
karena para siswa dilatih merespon secara mekanistis sebagai respon dari
stimulus[6].
4.
Langkah-langkah penyajian
Untuk mempermudah pengaplikasian dari metode ini, staretegi
merupakan sarana untuk mencapai target tersebut, tujuan dari strategi tersebut
adalah agar mampu menjadi solusi alternatif dalam rangka menghilangkan kejemuan
dan kesulitan dalam pengajaran bahasa arab.
Tujuan utama pengajaran bahasa asing melalui metode ini adalah :
kemahiran mendengarkan sehingga mampu memahami atau mengerti dengan pembiasaan
yang berulang-ulang terhadap bunyi atau ucapan-ucapan bahasa itu sampai
menimbulkan kepekaan alat indra (telinga) sehingga serasi dan mudah dipahami.
Meskipun pembicaraan cepat dan panjang dengan menyebutkan huruf kata berangkai
yang sukar dimengerti, tetapi bila telinga sudah terbiasa dan peka terhadap
bahasa atau ucapan itu maka akan mudah dimengerti[7].
Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan langkah-langkah yang tepat dalam
pengaplikasian metode sam`iyah syafahiyah ini. Banyak para ahli bahasa
berpendapat tentang langkah-langkah dari metode ini. Menurut fuad efendi
langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :
a.
Penyajian dialog atau bacaan pendek dengan cara guru membacanya
berulang kali dan pelajar menyimak tanpa melihat teks
b.
Peniruan dan penghafalan dialog bacaan pendek dengan teknik
menirukan bacaan guru kalimat perkalimat secara klasikal, sambil menghafalkan
kalimat-kalimat tersebut
c.
Penyajian pola-pola kalimat yang terdapat dalam dialog atau bacaan
pendek terutama diaggap sukar karena terdapat struktur atau ungkapan yang
berbeda dengan struktur dalam bahasa ibu pelajar
d.
Dramatisasi dialog atau
bacaan pendek yang sudah dilatihkan
e.
Pembentukan kalimat-kalimat lain yang sesuai dengan pola-pola
kalimat yang sudah dipelajari[8].
Asep kurniawan
juga memberikan pendapat tentang
lagkah-langkah metode ini. Ada beberapa langkah penggunaan metode audio
lingual. Sebagaimana metode ini yaitu mendengarkan dan berbicara, maka dalam
aplikasinya lebih menekankan 2 aspek ini sebelum ke 2 aspek yang lain. Yang
perlu diperhatikan dalam metode ini antara lain:
a.
Pelajar harus menyimak kemudian berbicara, membaca dan akhirnya
menulis
b.
Tata bahasa harus disajikan dalam bentuk pola-pola kalimat atau
dialog-dialog dengan topik situasi sehari-hari
c.
Latihan harus mengikuti operant-conditioning
d.
Semua unsur tata bahasa
harus disajikan dari yang mudah kepada yang sukar atau bertahap
e.
Kemungkinan-kemungkinan untuk membuat kesalahan dalam memberi
respon harus dihindari[9].
Hal yang sama
juga diungkapkan oleh zainul arifin dalam bukunya dan `abdul halim hanafi dalam bukunya thuruq
ta`limul lughah al-`arabiyah, bahwa langkah-langkah yang ditempuh dalam metode
ini adalah:
a.
Dimulai dengan hiwar dan qiraah yang pendek, caranya guru membaca
beberapa kali dan murid mendengarkannya tanpa melihat teks
b.
Murid menirukan hiwar dan qiraah dan menghafalnya
c.
Guru mengemukakan pola-pola jumlah yang ada pada hiwar dan qiraah.
d.
Menampilkan hiwar dan qiraah yang dihafalkan dan dilatihkan didepan
kelas
e.
Menjadikan jumlah-jumlah tersebut sesuai dengan pola-pola jumlah
yang telah dipelajari[10].
f.
Latihan sekitar nas / qiraah
g.
Latihan diluar nas / qiraah[11].
Terlihat bahwa
metode audio-lingual (sam`iyah syafahiyah) pada dasarnya tidak hanya menekankan
latihan pembiasaan para pelajar untuk membentuk kecakapan berbahasa, tetapi
juga kecermatan pengajar dalam membimbing mereka sangat diperhatikan. Oleh
sebab itu seorang pengajar harus benar-benar menguasai prinsip-prinsip itu.
C. Penutup
Dari uraian
diatas dapat kita simpulkan bahwa, metode sam`iyah-syafahiyah (audio-lingual)
adalah salah satu metode yang ada dalam pembelajaran bahasa yang lebih
menekankan pada kemahiran mendengar dan berbicara. Metode ini memiliki beberapa
karakteristik, kelebihan dan kelemahan sebagaimana ada dalam pembahasan
makalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar