Rabu, 13 Juli 2016

Fa biayyi’alai robbikuma tukazziban ??? Semua terjadi mutlak karena takdir Allah yang maha baik



Hari ini baru terbuka mata dan pikiran saya tentang kebenaran kemampuan diri, fakta berbicara apa adanya sedangkan rasa memanipulasi kepercayaan diri yang selama ini ku bangga-banggakan.
Tadi sebelum siap-siap nak berangkat kuliah perdana semester 3, tergerak saja untuk melihat album masa-masa sekolah dulu. Niat hati nak membingkai kembali poto-poto jadul sejak SD, SMP, MA, hingga kuliah.
Sesi ketawa sendiri lihat poto-poto jadul usai, rasa penasaran akan hal lain muncul setelah mata tertuju pada lembaran kertas bersampul kuning. Bukan buku cerita, bukan pula buku diari tapi rapor semasa aku sekolah di pondok pesantren Thawalib Putri Padang panjang.
Berlahan ku buka lembaran nilai mulai dari kelas satu semester satu hingga nilai raporku kelas tiga semester dua. Kau tahu kawan, tadinya hati ku tertawa melihat poto-poto jadul, dan sekarang jangankan untuk tertawa, tersenyumpun aku tak sanggup yang tersisa hanya hati yang terenyah. Rasa ini tak ku buat-buat tapi mengalir begitu saja, dalam diam ku berpikir alangkah bodoh dan tak berilmu diriku semasa sekolah.
Kelas satu semester satu dengan jumlah nilai 193 aku mendapatkan peringkat ke-13 dari 20 siswa di lokalku , dan tiga angka merah terukir indah menemani nilaiku yang lain yakni mata pelajaran Mustolah hadist, usul fiqh, dan matematika. Sedangkan pada mata pelajaran bahasa arab mulai dari kelas satu semester satu hingga kelas tiga semester dua, aku hanya mendapatkan nilai berkisar angka enam dan delapan, pun angka delapan hanya satu kali.
Sengaja mataku terpaku pada nilai bahasa arab, karena hari ini aku masih duduk di bangku kuliah pasca sarjana jurusan bahasa Arab dan sudah semester tiga dan insyaallah akan segera menyandang gelar master tahun depan, dan aku pun sudah diberikan pekerjaan kontrak mengajar sejak tahun lalu. Kenapa bisa ???
Selama ini aku pikir, status dan kesempatan kuliah yang ku dapat dan jalani sekarang adalah murni atas kemampuan otakku. Namun, setelah melihat nilai dan sikapku menjalani hidup dua hingga tiga tahun belakangan, rasanya tidak disini layaknya aku berdiri. Dan faktanya, sekarang aku ada disini menjalani kuliah pascasarjana dan jadi guru layaknya orang-orang pintar.
Kau tahu kawan, secara nilai memang tak kayak berada pada posisi sekarang, namun Allah punya rencana sendiri akan hidupku. Allah yang maha pengasih dan maha penyayang, dan Allah yang teramat baik padaku, aku terlahir menjadi orang yang amat beruntung. Beruntung memiliki Tuhan yang tak pernah menempatkanku pada posisi salah, yang memberikanku kedua orang tua yang tak pernah bosan mendoakan ku dan pun dalam hal pinansial mampu membiayaiku mengenyam pendidikan magister.
Pada Tuhan ku akui ku banyak dosa, pada orang tua ku banyak salah dan jika mereka tahu aku pernah mencoreng muka mereka karena dalam diam berkhianat akan amanah yang dititipkan padaku, mungkin saat ini aku tak disini. Namun seperti yang ku bilang tadi, bahwa Allah terlalu sayang dan baik padaku, Allah ciptakan hati yang pema’af pada kedua orang tuaku, dan hati yang lembut yang senantiasa mendoakan ku.
Dan hari ini mataku terbuka dan mengakui bahwa keberuntunganku saat ini adalah berkat takdir Allah yang maha baik, Allah memberikan kasih saying tak terhingga hingga senantiasa mengabulkan do’a kedua orang tuaku.
Teramat beruntung hidupku, maka nikmat tuhan yang mana lagi yang aku dustai ???,

Padang, 5 september 2014, 17 : 39 Wib
mimi permani suci

Tidak ada komentar:

Posting Komentar