Hari ini baru terbuka mata
dan pikiran saya tentang kebenaran kemampuan diri, fakta berbicara apa adanya
sedangkan rasa memanipulasi kepercayaan diri yang selama ini ku
bangga-banggakan.
Tadi sebelum siap-siap nak
berangkat kuliah perdana semester 3, tergerak saja untuk melihat album
masa-masa sekolah dulu. Niat hati nak membingkai kembali poto-poto jadul sejak
SD, SMP, MA, hingga kuliah.
Sesi ketawa sendiri lihat
poto-poto jadul usai, rasa penasaran akan hal lain muncul setelah mata tertuju
pada lembaran kertas bersampul kuning. Bukan buku cerita, bukan pula buku diari
tapi rapor semasa aku sekolah di pondok pesantren Thawalib Putri Padang
panjang.
Berlahan ku buka lembaran
nilai mulai dari kelas satu semester satu hingga nilai raporku kelas tiga
semester dua. Kau tahu kawan, tadinya hati ku tertawa melihat poto-poto jadul,
dan sekarang jangankan untuk tertawa, tersenyumpun aku tak sanggup yang tersisa
hanya hati yang terenyah. Rasa ini tak ku buat-buat tapi mengalir begitu saja,
dalam diam ku berpikir alangkah bodoh dan tak berilmu diriku semasa sekolah.
Kelas satu semester satu
dengan jumlah nilai 193 aku mendapatkan peringkat ke-13 dari 20 siswa di
lokalku , dan tiga angka merah terukir indah menemani nilaiku yang lain yakni
mata pelajaran Mustolah hadist, usul fiqh, dan matematika. Sedangkan pada mata
pelajaran bahasa arab mulai dari kelas satu semester satu hingga kelas tiga
semester dua, aku hanya mendapatkan nilai berkisar angka enam dan delapan, pun
angka delapan hanya satu kali.
Sengaja mataku terpaku
pada nilai bahasa arab, karena hari ini aku masih duduk di bangku kuliah pasca
sarjana jurusan bahasa Arab dan sudah semester tiga dan insyaallah akan segera
menyandang gelar master tahun depan, dan aku pun sudah diberikan pekerjaan
kontrak mengajar sejak tahun lalu. Kenapa bisa ???
Selama ini aku pikir, status
dan kesempatan kuliah yang ku dapat dan jalani sekarang adalah murni atas
kemampuan otakku. Namun, setelah melihat nilai dan sikapku menjalani hidup dua
hingga tiga tahun belakangan, rasanya tidak disini layaknya aku berdiri. Dan
faktanya, sekarang aku ada disini menjalani kuliah pascasarjana dan jadi guru layaknya
orang-orang pintar.
Kau tahu kawan, secara
nilai memang tak kayak berada pada posisi sekarang, namun Allah punya rencana
sendiri akan hidupku. Allah yang maha pengasih dan maha penyayang, dan Allah
yang teramat baik padaku, aku terlahir menjadi orang yang amat beruntung.
Beruntung memiliki Tuhan yang tak pernah menempatkanku pada posisi salah, yang
memberikanku kedua orang tua yang tak pernah bosan mendoakan ku dan pun dalam
hal pinansial mampu membiayaiku mengenyam pendidikan magister.
Pada Tuhan ku akui ku
banyak dosa, pada orang tua ku banyak salah dan jika mereka tahu aku pernah
mencoreng muka mereka karena dalam diam berkhianat akan amanah yang dititipkan
padaku, mungkin saat ini aku tak disini. Namun seperti yang ku bilang tadi,
bahwa Allah terlalu sayang dan baik padaku, Allah ciptakan hati yang pema’af
pada kedua orang tuaku, dan hati yang lembut yang senantiasa mendoakan ku.
Dan hari ini mataku
terbuka dan mengakui bahwa keberuntunganku saat ini adalah berkat takdir Allah
yang maha baik, Allah memberikan kasih saying tak terhingga hingga senantiasa
mengabulkan do’a kedua orang tuaku.
Teramat beruntung hidupku,
maka nikmat tuhan yang mana lagi yang aku dustai ???,
Padang, 5 september 2014, 17 : 39 Wib
mimi permani suci
mimi permani suci
Tidak ada komentar:
Posting Komentar