Kamis, 14 Juli 2016

RANCANG BANGUN SILABUS dengan PENDEKATAN STRUKTURAL, FUNGSIONAL dan NOSIONAL



                   I.            Pendahuluan
Perencanaan pembelajaran meliputi Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa, dan buku/bahan ajar. Silabus adalah suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Sedangkan RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan di dalam silabus. Adapun lembar jawaban siswa merupakan  perangkat pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan RPP yang berisi soal-soal yang harus dijawab oleh peserta didik. Sedangkan buku/ bahan ajar merupakan panduan  yang digunakan dalam proses pembelajaran.
Meskipun perencanaan pembelajaran meliputi Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa, dan buku/bahan ajar, namun dalam makalah ini hanya akan dibahas tentang rancang bangun silabus dengan pendekatan structural, fungsional, dan nasional, dan beberapa hal terkait dengan silabus.

                II.            Pembahasan
A.    Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran /tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok /pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.[1]
Silabus dapat juga didefinisikan sebagai “garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran”. Istilah silabus digunakan untuk menyebut suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.   
Seperti kita ketahui, dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran, terlebih dahulu perlu ditentukan standar kompetensi yang berisikan kebulatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yan ingin dicapai, materi yang harus dipelajari, pengalaman belajar yang harus dilakukan, dan sistem evaluasi untuk mengetahui pencapaian standar kompetensi. Dengan kata lain, pengembangan kurikulum dan pembelajan menjawab pertanyaan :
·         apa yang akan diajarkan (standar kompetensi, kompetensi dasar, dan materi pelajaran)?
·         Bagaimana cara mengajarkannya ( pengalaman belajar, metode, media)?
·         Bagaimana cara mengetahui pencapaianya (evaluasi atau sistem penilaian)?
Berdasarkan gambaran tersebut dapat dinyatakan bahwa silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru. Selain itu, silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memerhatikan masukan hasil evaluasi hasil belajar, evaluasi proses (pelaksanaan pembelajaran), dan evaluasi rencana pembelajaran.[2] 

B.     Prinsip Pengembangan Silabus
Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum dan pembelajaran yang berisikan garis-garis besar materi pembelajaran. Beberapa prinsip yang mendasari pengembangan silabus antara lain :
1.      Ilmiah, yakni keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
2.      Relevan, yakni cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
3.      Sistematis, yakni komponen-komponen silabus saling berhubungan secara fungsional daam mencapai kompetensi.
4.      Konsisten, yakni adanya hubungan yang konsisten antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.
5.      Memadai, yakni cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar.
6.      Aktual dan konsektual, yakni cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memerhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
7.      Fleksibel, yakni keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntunan masyarakat.
8.      Menyeluruh, yakni komponen silabus mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).[3]
Ada juga yang menyebutkan bahwa ada tujuh  prinsip pengembangan silabus, yakni :
1.      Revelansi
2.      Fleksibelitas
3.      Kontinuitas
4.      Efektivitas
5.      Efesiensi
6.      Konsistensi
7.      Memadai[4]

C.    Langkah-langkah penyusunan silabus bahasa Arab
1.      Mengisi identitas silabus
Identitas terdiri dari nama sekolah, mata pelajaran, kelas/ program, semester, tahun pelajaran, serta standar kompetensi. Identitas silabus ditulis di atas matriks silabus.[5]
2.      Mengkaji dan menentukan SK dan KD
SK adalah kualifikasi kemampuan siswa yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada mata pelajaran tertentu. SK dimaksudkan agar siswa memiliki orientasi ke masa depan. Sedangkan KD merupakan sejumlah kemampuan minimal yang harus dimiliki siswa dalam rangka menguasai SK mata pelajaran tertentu.
SK dan KD pada dasarnya dirumuskan berdasarkan kajian tnututan kompetensi lulusan tiap mata pelajaran atau bidang studi.[6]
Mengkaji dan menentukan SK dan KD mata pelajaran yang ada dalam standar isi  dengan memperhatikan hal-hal berikut :
a)      Urutan tidak harus sesuai dengan urutan yang ada dalam Standar Isi, melainkan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan tingkat kesulitan bahan.
b)      Keterampilan antara SK dan KD dalam mata pelajarn
c)      Keterkaitan SK dan KD antar mata pelajaran.[7]

3.      Mengidentifikasi materi pokok pembelajaran
Mengidentifikasi materi pokok yang menunjang pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar dengan mempertimbangkan:
-          Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, social, dan spiritual peserta didik.
-          Kebermanfaatan bagi peserta didik
-          Struktur keilmuan,
-          Kedalaman dan keluasan materi
-          Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan
-          Alokasi waktu
4.      Mengembangkan kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar dimaksud dapat terwujud melalui pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecapakan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah :
a)      Memberikan bantuan guru agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara professional
b)      Memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan peserta didik secara berurut untuk mencapai KD
c)      Urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan urutan materi pembelajaran
d)     Kegiatan pembelajaran minimal berisikan kegiatan siswa dan materi pembelajaran yang harus dikuasai siswa untuk mencapai KD.[8]

5.      Menentukan indikator pencapaian kompetensi
Indikator merupakan penjabaran dari KD yang menunjukkan tanda-tanda, perbuatan dan/atau respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik, dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.[9]

6.      Menetapkan jenis penilaian
Penilaian pencapaian KD peserta didik dilakukan berdasarkan indikator, bentuk instrument penilaian meliputi tes dan non tes dalam bentuk tulisan dan lisan.[10] Dalam mata pelajaran bahasa Arab penilaian disesuaikan dengan tujuan apa yang akan dicapai. Di Madrasah tujuan pembelajaran bahasa Arab adalah menguasai empat keterampilan berbahasa sehingga penilaiannyapun harus sesuai dengan masing-masing keterampilan tersebut.

7.      Menentukan alokasi waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan kepada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah KD, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi dasar.[11]

8.      Menentukan sumber belajar
Sumber belajar adalah rujukan bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam sosial, dan budaya. Sumber belajar ditentukan berdasarkan pada SK dan KD serta materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan pencapaian kompetensi.[12]

D.    Rancang Bangun Silabus dengan Pendekatan Struktural
Pertimbangan mengenai perubahan silabus sebagai satu-satunya unsur dalam konstelasi unsur-unsur yang berkaitan merupakan suatu fenomena yang agak mutakhir dalam pembicaraan-pembicaraan mengenai pembaharuan pendidikan. Pandangan yang lebih luas mengenai perencanaan pendidikan ini kerapkali diberi nama atau sebutan sebagai perkembangan kurikulum ( curriculum development).[13]
Silabus yang menentukan isi yang harus dicakup oleh suatu kursus tertentu, hanya membentuk suatu bagian kecil dari keseluruhan program sekolah. Kurikulum merupakan suatu konsep yang jauh lebih luas.
Dalam model-model baku proses-proses kurikulum, para perencana kurikulum bergerak maju secara sistematis dari penilaian kebutuhan ke maksud dan tujuan penentuan isi pengajaran program. Proes-proses kurikulum model Taba (1962: 12) terdiri dari 7 langkah, yaitu :
Langkah 1       : diagnosis kebutuhan
Langkah 2       : formulasi tujuan
Langkah 3       : seleksi isi
Langkah 4       : organisasi isi
Langkah 5       : seleksi pengalaman-pengalaman belajar
Langkah 6       : organisasi pengalaman-pengalaman belajar
Langkah 7       : penentuan apa yang dievaluasi dan sarana-sarana untuk mengevaluasi
Dalam pengajaran bahasa, langkah 3 dan langkah 4 biasanya dikenal sebagai rangcang bangun silabus. Rancang bangun silabus ( yang produknya biasanya diacu sebagai silabus di Inggris dan kurikulum di Amerika) menaruh perhatian pada pemilihan dan pengurutan isi pengajaran. Kalau model Taba yang kita turuti, maka prosedur-prosedur bagi pengembangan suatu silabus akan melibatkan pengujian/pemeriksaan tujuan-tujuan pengajaran dan menatanya dengan prioritas-prioritas, serta kemudian menentukan jenis isi yang diinginkan untuk mencapai tujuan-tujuan teresbut.
Dalam kenyataannya, silabus dalam pengajaran bahasa secara tradisioal merupakan titik tolak dalam perencanaan suatu program bahasa, bukan sebagai suatu kegiatan yang terjadi di pertengahan jalan proses perkembangan praktik-praktik pengajaran bahasa pada abad ke-20. Memang konsepsi-konsepsi hakikat silabus berkaita erat dengan pandangna terhadap bahasa dan pembelajaran bahasa kedua yang dianut oleh para perancang bangun kurikulum bahasa. Di bawah pengaruh kuat pandangan-pandangan yang berdasarkan gramatika terhadap hakikat bahasa, maka silabus-silabus secara tradisional diekspresikan  dalam bentuk gramatika, pola-pola kalimat, dan kosa kata. Sebagai akibat dari gerakan yang lebih mutakhir kea rah teori-teori bahasa komunikatif dan pembelajaran bahasa komunikatif, maka silabus-silabus justru cenderung dieespresikan dengan istilah-istilah yang komunikatif. Jenis-jenis silabus berikut ini secara umum kita temui dalam kursus-kursus dan materi-materi mutakhir bahasa Inggris sebagai bahasa kedua (ESL), treutama sekali yang berkenaan dengan berbicara dan menyimak :
a.       Silabus struktural ( terutama sekali menata sekitar tata bahasa dan pola-pola kalimat)
b.      Silabus fungsional (menata fungsi-fungsi komunikatif, seperti mengenali, melaporkan, mengoreksi dan memeriksa)
c.       Silabus nasional (menata kategori-kategori konseptual, seperti durasinya/lamanya, kuantitas/jumlah, lokasi/tempat)
d.      Silabus topilak (menata tema atau topic, seperti kesehatan, makanan, busana)
e.       Silabus situasional (menata latar-latar ujaran dan transaksi-transaksi yang berkaitan dengan hal-hal tersebut, seperti berbelanja, di bank, di pasar)
f.       Silabus keterampilan ( menata keterampilan-keterampilan berbahasa, seperti menyimak untuk menangkap intisari, menyimak informasi khusus, menyimak kesimpulan-kesimpulan)
g.      Silabus tugas dan berdasarkan kegiatan (menata kegiatan-kegiatan, seperti menggambr peta, mengikuti petunjuk-petunjuk, mengikuti/menjalankan perintah-perintah) (Richards 1990 : 9).[14]
Pembelajaran bahasa kedua, termasuk pembelajaran bahasa Arab, meliputi beberapa tipe silabus. Setiap silabus memiliki gambaran khusus mengenai pembelajaran dan penyajian kemahiran bahasa tersebut yang berdasarkan atas asumsi-asumsi tertentu sesuai dengan teori bahasa yang dianutnya. Beberapa tipe silabus pembelajaran bahasa Arab di antaranya :[15]
1. Silabus struktural
Al-Khuli (1986: 48) mendefinisikan silabus struktural sebagai : “Silabus pembelajaran bahasa memiliki target yang memokuskan pada kaidah-kaidah bahasa dan menyajikan unit-unit pembelajaran dalam bentuk penyajian serangkaian aspek gramatikal tertentu”. Karl Krahnke (1987: 10) menyatakan bahwa silabus struktural adalah “is one in which the content of language teaching is a collection of the forms and structures, usually grammatical, of the language being taught” (silabus di mana isi pembelajaran bahasa berupa kumpulan bentuk-bentuk dan struktur-struktur, biasanya dalam bentuk grammatika bahasa yang dipelajari)”. Thu’aimah (1989: 99) menyatakan bahwa silabus structural adalah tipe silabus yang menyajikan materi bahasa dalam bentuk pembahasan di sekitar tema-tema gramatikal.[16]
Silabus ini didasarkan pada dua asumsi dasar. Pertama, bahasa adalah sistem (struktur). Sistem bahasa mencakup sekumpulan gramatikal yang jika dipelajari seseorang maka ia akan mampu menggunakan bahasa. Kedua, setiap makna memiliki struktur bahasa tertentu sehingga dalam pembelajaran bahasa dibutuhkan penentuan berbagai struktur yang dapat mentransfer berbagai makna yang memudahkan proses komunikasi .
Bentuk/struktur bahasa berkaitan dengan makna bahasa. Salah satu dari dua komponen tersebut dapat membatasi yang lainnya. Sebagai contoh makna ‘pertanyaan/istifhaam dalam bahasa Arab memiliki setidaknya  memiliki beberapa struktur. Dengan demikian guru diharapkan dapat memberikan sejumlah struktur atau bentuk-bentuk yang sesuai dengan makna yang dapat memenuhi keinginan siswa.
Secara prosedural, perancang silabus struktural memulai upayanya dengan menentukan makna-makna yang akan diungkapkan siswa. Setelah itu, perancang silabus menentukan struktur-struktur bahasa yang dapat menampung makna-makna tersebut. Tahap berikutnya adalah memilih tema-tema gramatikal yang terafiliasi pada struktur-struktur tersebut. Tahap terakhir adalah menentukan urutan tema-tema gramatikal tersebut (sequencing) secara logis yakni dengan mengawalkan tema yang menjadi syarat bagi tema berikutnya.
Ada beberapa istilah yang umum digunakan pada silabus struktural di antaranya:
a.       Pola kalimat (أنماط الجملة), yakni corak kalimat yang di mana makna disajikan. Misalnya, jumlah ta’ajjub, jumlah istifhamiyyah, jumlah thalabiyyah, jumlah insyaiyyah dan sebagainya.
b.      Tema-tema gramatikal (موضوعات النحو), yakni konsep-konsep grammatika terkait struktur bahasa yang disusun dalam bab-bab tertentu. Misalnya, bab mubtada dan khabar, bab maf’ul bih, bab idhafah dan sebagainya.
c.       Struktur Kalimat (التركيب اللغوي), yakni matriks yang mendadarkan kalimat. Dalam hal ini kita dapat menyatakan suatu struktur kalimat sebagai struktur fi’il + faa’il + maf’ul bih.
d.      Jumlah, yakni ungkapan yang dapat dipahami maknanya.[17]

Silabus struktural sangat umum dalam penggunaan metode gramatika-terjemah. Metode tersebut beranjak dari pijakan yang sama dengan silabus structural yakni bahwa bahasa adalah sekumpulan kaidah-kaidah yang jika dipelajari seseorang, dapat memungkinkannya menggunakan bahasa tersebut. Bagi metode ini, kaidah-kaidah bahasa juga dapat memberi bekal siswa dengan sejumlah kosakata berdasarkan makna leksikal dan bukan berdasarkan kebutuhan nyata siswa. Krahnke menjelaskan bahwa silabus structural juga dapat diterapkan dengan metode Audio Lingual dan The Silent Way.
Adapun kelebihan silabus structural adalah sebagai berikut :
a.       Strukutur atau grammar adalah komponen yang paling umum (the most general component) dalam kompetensi komunikatif.
b.      Silabus structural sudah sangat dikenal sehingga menjadi konten yang familiar dalam setiap kelas bahasa
c.       Fitur dalam silabus structural mudah dideskripsikan. Pengetahuan structural adalah komponen kompetensi komunikatif yang paling dapat diukur.
d.      Pengetahuan struktur akan mencegah fosilisasi pembelajar bahasa. Fosilisasi adalah penghentian belajar akibat tidak didukung oleh dasar yang kuat.
e.       Dalam teori monitor Krashen, pengetahuan struktur dapat memainkan peran yang penting sebagai dasar pembelajar untuk memonitor atau mengecek akurasi bahasa pembelajar.
f.       Pengajaran struktur bahasa memberikan dasar bagi guru atau orang lain untuk menyediakan umpan balik akurasi produksi bahasa siswa
g.      Silabus structural bebas dari nilai dan budaya bahasa yang dipelajari.[18]

2. Silabus nasional/fungsional
Al-Khuli (1986: 84) mendefinisikan Silabus Nosional sebagai berikut: “Silabus pembelajaran bahasa asing yang didasrkan atas fungsi-fungsi bahasa sebagai pengganti dari unit-unit kaidah dan situasi.” Karl Krahnke (1987: 10) mendefinisikannya sebagai “is one in which the content of language teaching is a collection of the functions that are performed when language is used, or of the notions that language is used to express (silabus di mana isi pembelajaran bahasa adalah kumpulan  fungsi-fungsi yang akan ditampilkan (performed) ketika bahasa digunakan atau sekumpulan nosi-nosi (gagasan-gagasan) yang akan diekspresikan oleh bahasa).[19]
Silabus ini didasarkan pada pertimbangan kemampuan komunikasi sebagai pijakan awal. Jika perhatian silabus structural digambarkan dengan pertanyaan, “Bagaimana penutur mengungkapkan makna yang diinginkannya? (perhatiannya tertuju pada struktur atau bentuk gramatikal). Sedangkan perhatian silabus situasional digambarkan dengan pertanyaan, “Kapan dan di mana makna bahasa diungkapkan? (perhatian ditujukan pada situasi di mana bahasa digunakan”. Dalam silabus nosional yang diperhatikan adalah “kebermaknaan”, yakni dengan menjawab pertanyaan, “Makna apa yang ditransfer melalui bahasa?” Hal ini tanpa meminggirkan pentingnya struktur dan situasi.
Pemilihan materi bahasa dilakukan sesuai dengan makna-makna yang dibutuhkan siswa dalam proses komunikasi. Dengan demikian ‘makna’ dan bukan struktur atau situasi yang menentukan materi bahasa. Namun demikian hal ini mengkonsekuensikan beraneka ragamnya struktur bahasa atau situasi bahasa sesuai dengan beraneka ragamnya nosi-nosi/gagasan yang ada.
Wilkins, sebagai orang yang memperkenalkan silabus ini, membagi nosi-nosi menjadi beberapa unit besar dan sub-unit-sub-unit yang lebih kecil. Wilkins menyebutkan beberapa unit besar antara lain: waktu, bilangan, tempat, makna hubungan, kaitan jumlah yang diucapkan dengan konteksnya. Adapun unit-unit kecil merupakan subunit dari unit besar sebagaimana disebut di atas. Unit besar waktu meliputi beberapa unit kecil antara lain: waktu tertentu (sekarang, kemarin, dan sebagainya), durasi, hubungan waktu, pengulangan, kesinambungan, dan lain-lain.
Kontekstualitas (السياقية) adalah pertimbangan utama dalam silabus nosional. Sebagai contoh kalimat (السماء تمطر) memiliki beberapa makna di antaranya: pertama, sebagai ‘pembuka pembicaraan’, jika dikaitkan dengan konteks seseorang yang bertemu di suatu tempat untuk pertama kalinya. Kedua, kalimat tersebut dapat bermakna ‘larangan keluar’, jika dikaitkan dengan konteks ketika seseorang berbicara dengan anaknya yang masih kecil dan terus-menerus ‘merengek’ untuk keluar rumah. Ketiga, bermakna ‘menyarankan agar lawan bicara membawa payung’, jika seseorang berkata, misalnya, kepada tamunya yang hendak ke luar rumah pada saat hujan. Dengan demikian sulit kiranya mengeneralisasi makna suatu kalimat jika hanya merujuk pada kosakata, struktur, atau situasinya saja.
Kelebihan silabus nosional/fungsional adalah sebagai berikut :
a.       Silabus nosional/fungsional memuat informasi tentang penggunaan bahasa yang tidak dimuat silabus structural
b.      Silabus nosional/fungsional melihat bahasa sebagai system komunikasi bukan system abstrak dari elemen-elemen dan peraturan-peraturan bahasa
c.       Pembelajaran bahasa akan lebih efektif karena silabus ini memberikan analisis yang memadai tentang hal-hal yang diinginkan siswa
Kelemahan silabus nosional:
a.       Silabus nosional/fungsional masih sangat sederhana yakni masih berupa serangkaian pasangan fungsi dan bentuk tertentu yang sangat terbatas.
b.      Karena konten silabus nosional/fungsional berkaitan dengan penggunaan-penggunaan spesifik maka tipe ini kurang umum (less generalizable) ketimbang konten structural.
c.       Menghadirkan “rutinitas” misalnya ungkapan No, thank you, adalah ungkapan penolakan halus.[20]


Contoh format silabus

             III.            Penutup
Kesimpulan
1.      Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
2.      Dalam pembuatan silabus setidaknya terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan, yakni ilmiah, Revelansi, Fleksibelitas, Kontinuitas, Efektivitas, Efesiensi, Konsistensi, Memadai
3.      Format silabus terdiri dari : identitas nama, mata pelajaran, kelas/program, semester, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar
4.      Terdapat beberapa tipe pembuatan silabus yang dinamai berdasarkan pendekatan yang dilakukan, diantaranya silabus struktural, silabus fungsional, dan nasional. 












2 komentar:

  1. terimakasih
    bacaannya membantu untuk referensi makalah saya besok lusa

    BalasHapus
  2. daftar pustaka dan futnotnya mana?

    BalasHapus