I.
Pendahuluan
Perencanaan pembelajaran meliputi Silabus, Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa, dan buku/bahan ajar. Silabus adalah
suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran lebih lanjut dari standar
kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai, dan pokok-pokok serta
uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka pencapaian standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Sedangkan RPP adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan di dalam
silabus. Adapun lembar jawaban siswa merupakan
perangkat pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan RPP yang berisi
soal-soal yang harus dijawab oleh peserta didik. Sedangkan buku/ bahan ajar
merupakan panduan yang digunakan dalam
proses pembelajaran.
Meskipun perencanaan pembelajaran meliputi Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa, dan buku/bahan ajar, namun
dalam makalah ini hanya akan dibahas tentang rancang bangun silabus dengan
pendekatan structural, fungsional, dan nasional, dan beberapa hal terkait
dengan silabus.
II.
Pembahasan
A.
Pengertian Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok
mata pelajaran /tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi
dasar, materi pokok /pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian,
alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran
standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian.[1]
Silabus dapat juga didefinisikan sebagai “garis besar, ringkasan,
ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi pelajaran”. Istilah silabus
digunakan untuk menyebut suatu produk pengembangan kurikulum berupa penjabaran
lebih lanjut dari standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ingin dicapai,
dan pokok-pokok serta uraian materi yang perlu dipelajari siswa dalam rangka
pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar.
Seperti kita ketahui, dalam pengembangan kurikulum dan
pembelajaran, terlebih dahulu perlu ditentukan standar kompetensi yang
berisikan kebulatan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yan ingin dicapai,
materi yang harus dipelajari, pengalaman belajar yang harus dilakukan, dan sistem
evaluasi untuk mengetahui pencapaian standar kompetensi. Dengan kata lain,
pengembangan kurikulum dan pembelajan menjawab pertanyaan :
·
apa yang akan diajarkan (standar kompetensi, kompetensi dasar, dan
materi pelajaran)?
·
Bagaimana cara mengajarkannya ( pengalaman belajar, metode, media)?
·
Bagaimana cara mengetahui pencapaianya (evaluasi atau sistem
penilaian)?
Berdasarkan
gambaran tersebut dapat dinyatakan bahwa silabus merupakan penjabaran standar
kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran,
dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber
belajar. Dalam implementasinya, silabus dijabarkan dalam rencana pelaksanaan
pembelajaran, dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing
guru. Selain itu, silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan
dengan memerhatikan masukan hasil evaluasi hasil belajar, evaluasi proses
(pelaksanaan pembelajaran), dan evaluasi rencana pembelajaran.[2]
B.
Prinsip Pengembangan Silabus
Silabus merupakan salah satu produk pengembangan kurikulum dan
pembelajaran yang berisikan garis-garis besar materi pembelajaran. Beberapa
prinsip yang mendasari pengembangan silabus antara lain :
1.
Ilmiah, yakni keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan
dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
2.
Relevan, yakni cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan
penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik,
intelektual, sosial, emosional, dan spiritual peserta didik.
3.
Sistematis, yakni komponen-komponen silabus saling berhubungan
secara fungsional daam mencapai kompetensi.
4.
Konsisten, yakni adanya hubungan yang konsisten antara kompetensi
dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem
penilaian.
5.
Memadai, yakni cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar,
sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang pencapaian
kompetensi dasar.
6.
Aktual dan konsektual, yakni cakupan indikator, materi pokok,
pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memerhatikan
perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan
peristiwa yang terjadi.
7.
Fleksibel, yakni keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi
keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di
sekolah dan tuntunan masyarakat.
8.
Menyeluruh, yakni komponen silabus mencakup keseluruhan ranah
kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).[3]
Ada juga yang menyebutkan
bahwa ada tujuh prinsip pengembangan
silabus, yakni :
1.
Revelansi
2.
Fleksibelitas
3.
Kontinuitas
4.
Efektivitas
5.
Efesiensi
6.
Konsistensi
7.
Memadai[4]
C.
Langkah-langkah penyusunan silabus bahasa Arab
1.
Mengisi identitas silabus
Identitas terdiri dari nama sekolah, mata pelajaran, kelas/
program, semester, tahun pelajaran, serta standar kompetensi. Identitas silabus
ditulis di atas matriks silabus.[5]
2.
Mengkaji dan menentukan SK dan KD
SK adalah kualifikasi kemampuan siswa yang menggambarkan penguasaan
pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada mata
pelajaran tertentu. SK dimaksudkan agar siswa memiliki orientasi ke masa depan.
Sedangkan KD merupakan sejumlah kemampuan minimal yang harus dimiliki siswa
dalam rangka menguasai SK mata pelajaran tertentu.
SK dan KD pada dasarnya dirumuskan berdasarkan kajian tnututan
kompetensi lulusan tiap mata pelajaran atau bidang studi.[6]
Mengkaji dan menentukan SK dan KD mata pelajaran yang ada dalam
standar isi dengan memperhatikan hal-hal
berikut :
a)
Urutan tidak harus sesuai dengan urutan yang ada dalam Standar Isi,
melainkan berdasarkan hierarki konsep disiplin ilmu dan tingkat kesulitan
bahan.
b)
Keterampilan antara SK dan KD dalam mata pelajarn
c)
Keterkaitan SK dan KD antar mata pelajaran.[7]
3.
Mengidentifikasi materi pokok pembelajaran
Mengidentifikasi materi pokok yang menunjang pencapaian standar kompetensi dan
kompetensi dasar dengan mempertimbangkan:
-
Tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, social, dan
spiritual peserta didik.
-
Kebermanfaatan bagi peserta didik
-
Struktur keilmuan,
-
Kedalaman dan keluasan materi
-
Relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan
-
Alokasi waktu
4.
Mengembangkan kegiatan pembelajaran
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar
yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik,
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka
pencapaian kompetensi dasar. Pengalaman belajar dimaksud dapat terwujud melalui
pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman
belajar memuat kecapakan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran adalah :
a)
Memberikan bantuan guru agar dapat melaksanakan proses pembelajaran
secara professional
b)
Memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan peserta didik secara
berurut untuk mencapai KD
c)
Urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan urutan materi
pembelajaran
d)
Kegiatan pembelajaran minimal berisikan kegiatan siswa dan materi
pembelajaran yang harus dikuasai siswa untuk mencapai KD.[8]
5.
Menentukan indikator pencapaian kompetensi
Indikator merupakan penjabaran dari KD yang menunjukkan tanda-tanda,
perbuatan dan/atau respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh peserta didik.
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan, potensi
daerah dan peserta didik, dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang
terukur dan/atau dapat diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk
menyusun alat penilaian.[9]
6.
Menetapkan jenis penilaian
Penilaian pencapaian KD peserta didik dilakukan berdasarkan indikator,
bentuk instrument penilaian meliputi tes dan non tes dalam bentuk tulisan dan
lisan.[10]
Dalam mata pelajaran bahasa Arab penilaian disesuaikan dengan tujuan apa yang
akan dicapai. Di Madrasah tujuan pembelajaran bahasa Arab adalah menguasai
empat keterampilan berbahasa sehingga penilaiannyapun harus sesuai dengan
masing-masing keterampilan tersebut.
7.
Menentukan alokasi waktu
Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan kepada jumlah
minggu efektif dan alokasi waktu mata pelajaran per minggu dengan
mempertimbangkan jumlah KD, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat
kepentingan kompetensi dasar.[11]
8.
Menentukan sumber belajar
Sumber belajar adalah rujukan bahan yang digunakan untuk kegiatan
pembelajaran yang berupa media cetak dan elektronik, narasumber, serta
lingkungan fisik, alam sosial, dan budaya. Sumber belajar ditentukan
berdasarkan pada SK dan KD serta materi pokok pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, dan pencapaian kompetensi.[12]
D.
Rancang Bangun Silabus dengan Pendekatan Struktural
Pertimbangan mengenai perubahan silabus sebagai satu-satunya unsur
dalam konstelasi unsur-unsur yang berkaitan merupakan suatu fenomena yang agak
mutakhir dalam pembicaraan-pembicaraan mengenai pembaharuan pendidikan.
Pandangan yang lebih luas mengenai perencanaan pendidikan ini kerapkali diberi
nama atau sebutan sebagai perkembangan kurikulum ( curriculum development).[13]
Silabus yang menentukan isi yang harus dicakup oleh suatu kursus
tertentu, hanya membentuk suatu bagian kecil dari keseluruhan program sekolah.
Kurikulum merupakan suatu konsep yang jauh lebih luas.
Dalam model-model baku proses-proses kurikulum, para perencana
kurikulum bergerak maju secara sistematis dari penilaian kebutuhan ke maksud
dan tujuan penentuan isi pengajaran program. Proes-proses kurikulum model Taba
(1962: 12) terdiri dari 7 langkah, yaitu :
Langkah 1 : diagnosis
kebutuhan
Langkah 2 : formulasi
tujuan
Langkah 3 : seleksi isi
Langkah 4 : organisasi
isi
Langkah 5 : seleksi
pengalaman-pengalaman belajar
Langkah 6 : organisasi
pengalaman-pengalaman belajar
Langkah 7 : penentuan
apa yang dievaluasi dan sarana-sarana untuk mengevaluasi
Dalam pengajaran
bahasa, langkah 3 dan langkah 4 biasanya dikenal sebagai rangcang bangun
silabus. Rancang bangun silabus ( yang produknya biasanya diacu sebagai silabus
di Inggris dan kurikulum di Amerika) menaruh perhatian pada pemilihan dan
pengurutan isi pengajaran. Kalau model Taba yang kita turuti, maka
prosedur-prosedur bagi pengembangan suatu silabus akan melibatkan
pengujian/pemeriksaan tujuan-tujuan pengajaran dan menatanya dengan
prioritas-prioritas, serta kemudian menentukan jenis isi yang diinginkan untuk
mencapai tujuan-tujuan teresbut.
Dalam
kenyataannya, silabus dalam pengajaran bahasa secara tradisioal merupakan titik
tolak dalam perencanaan suatu program bahasa, bukan sebagai suatu kegiatan yang
terjadi di pertengahan jalan proses perkembangan praktik-praktik pengajaran
bahasa pada abad ke-20. Memang konsepsi-konsepsi hakikat silabus berkaita erat
dengan pandangna terhadap bahasa dan pembelajaran bahasa kedua yang dianut oleh
para perancang bangun kurikulum bahasa. Di bawah pengaruh kuat
pandangan-pandangan yang berdasarkan gramatika terhadap hakikat bahasa, maka
silabus-silabus secara tradisional diekspresikan dalam bentuk gramatika, pola-pola kalimat,
dan kosa kata. Sebagai akibat dari gerakan yang lebih mutakhir kea rah
teori-teori bahasa komunikatif dan pembelajaran bahasa komunikatif, maka
silabus-silabus justru cenderung dieespresikan dengan istilah-istilah yang
komunikatif. Jenis-jenis silabus berikut ini secara umum kita temui dalam
kursus-kursus dan materi-materi mutakhir bahasa Inggris sebagai bahasa kedua
(ESL), treutama sekali yang berkenaan dengan berbicara dan menyimak :
a.
Silabus struktural ( terutama sekali menata sekitar tata bahasa dan
pola-pola kalimat)
b.
Silabus fungsional (menata fungsi-fungsi komunikatif, seperti
mengenali, melaporkan, mengoreksi dan memeriksa)
c.
Silabus nasional (menata kategori-kategori konseptual, seperti
durasinya/lamanya, kuantitas/jumlah, lokasi/tempat)
d.
Silabus topilak (menata tema atau topic, seperti kesehatan,
makanan, busana)
e.
Silabus situasional (menata latar-latar ujaran dan
transaksi-transaksi yang berkaitan dengan hal-hal tersebut, seperti berbelanja,
di bank, di pasar)
f.
Silabus keterampilan ( menata keterampilan-keterampilan berbahasa,
seperti menyimak untuk menangkap intisari, menyimak informasi khusus, menyimak
kesimpulan-kesimpulan)
g.
Silabus tugas dan berdasarkan kegiatan (menata kegiatan-kegiatan,
seperti menggambr peta, mengikuti petunjuk-petunjuk, mengikuti/menjalankan
perintah-perintah) (Richards 1990 : 9).[14]
Pembelajaran bahasa kedua, termasuk
pembelajaran bahasa Arab, meliputi beberapa tipe silabus. Setiap silabus
memiliki gambaran khusus mengenai pembelajaran dan penyajian kemahiran bahasa
tersebut yang berdasarkan atas asumsi-asumsi tertentu sesuai dengan teori
bahasa yang dianutnya. Beberapa tipe silabus pembelajaran bahasa Arab di
antaranya :[15]
1. Silabus struktural
Al-Khuli (1986: 48) mendefinisikan silabus
struktural sebagai : “Silabus pembelajaran bahasa memiliki target yang
memokuskan pada kaidah-kaidah bahasa dan menyajikan unit-unit pembelajaran
dalam bentuk penyajian serangkaian aspek gramatikal tertentu”. Karl Krahnke
(1987: 10) menyatakan bahwa silabus struktural adalah “is one in which the
content of language teaching is a collection of the forms and structures,
usually grammatical, of the language being taught” (silabus di mana isi
pembelajaran bahasa berupa kumpulan bentuk-bentuk dan struktur-struktur,
biasanya dalam bentuk grammatika bahasa yang dipelajari)”. Thu’aimah (1989: 99)
menyatakan bahwa silabus structural adalah tipe silabus yang menyajikan materi
bahasa dalam bentuk pembahasan di sekitar tema-tema gramatikal.[16]
Silabus ini didasarkan pada dua asumsi dasar.
Pertama, bahasa adalah sistem (struktur). Sistem bahasa mencakup sekumpulan
gramatikal yang jika dipelajari seseorang maka ia akan mampu menggunakan
bahasa. Kedua, setiap makna memiliki struktur bahasa tertentu sehingga dalam
pembelajaran bahasa dibutuhkan penentuan berbagai struktur yang dapat
mentransfer berbagai makna yang memudahkan proses komunikasi .
Bentuk/struktur bahasa berkaitan dengan makna
bahasa. Salah satu dari dua komponen tersebut dapat membatasi yang lainnya.
Sebagai contoh makna ‘pertanyaan/istifhaam’ dalam bahasa Arab memiliki setidaknya memiliki
beberapa struktur. Dengan demikian guru diharapkan dapat memberikan sejumlah
struktur atau bentuk-bentuk yang sesuai dengan makna yang dapat memenuhi
keinginan siswa.
Secara prosedural,
perancang silabus struktural memulai upayanya dengan menentukan makna-makna
yang akan diungkapkan siswa. Setelah itu, perancang silabus menentukan
struktur-struktur bahasa yang dapat menampung makna-makna tersebut. Tahap
berikutnya adalah memilih tema-tema gramatikal yang terafiliasi pada
struktur-struktur tersebut. Tahap terakhir adalah menentukan urutan tema-tema
gramatikal tersebut (sequencing) secara logis yakni dengan mengawalkan tema
yang menjadi syarat bagi tema berikutnya.
Ada beberapa istilah
yang umum digunakan pada silabus struktural di antaranya:
a.
Pola kalimat (أنماط الجملة),
yakni corak kalimat yang di mana makna disajikan. Misalnya, jumlah ta’ajjub,
jumlah istifhamiyyah, jumlah thalabiyyah, jumlah insyaiyyah dan sebagainya.
b.
Tema-tema gramatikal (موضوعات النحو),
yakni konsep-konsep grammatika terkait struktur bahasa yang disusun dalam
bab-bab tertentu. Misalnya, bab mubtada dan khabar, bab maf’ul
bih, bab idhafah dan sebagainya.
c.
Struktur Kalimat (التركيب اللغوي),
yakni matriks yang mendadarkan kalimat. Dalam hal ini kita dapat menyatakan
suatu struktur kalimat sebagai struktur fi’il + faa’il + maf’ul bih.
Silabus struktural
sangat umum dalam penggunaan metode gramatika-terjemah. Metode tersebut
beranjak dari pijakan yang sama dengan silabus structural yakni bahwa bahasa
adalah sekumpulan kaidah-kaidah yang jika dipelajari seseorang, dapat
memungkinkannya menggunakan bahasa tersebut. Bagi metode ini, kaidah-kaidah
bahasa juga dapat memberi bekal siswa dengan sejumlah kosakata berdasarkan
makna leksikal dan bukan berdasarkan kebutuhan nyata siswa. Krahnke menjelaskan
bahwa silabus structural juga dapat diterapkan dengan metode Audio Lingual dan
The Silent Way.
Adapun kelebihan silabus structural adalah
sebagai berikut :
a.
Strukutur
atau grammar adalah komponen yang paling umum (the most general component)
dalam kompetensi komunikatif.
b.
Silabus
structural sudah sangat dikenal sehingga menjadi konten yang familiar dalam
setiap kelas bahasa
c.
Fitur
dalam silabus structural mudah dideskripsikan. Pengetahuan structural adalah
komponen kompetensi komunikatif yang paling dapat diukur.
d.
Pengetahuan
struktur akan mencegah fosilisasi pembelajar bahasa. Fosilisasi adalah
penghentian belajar akibat tidak didukung oleh dasar yang kuat.
e.
Dalam
teori monitor Krashen, pengetahuan struktur dapat memainkan peran yang penting
sebagai dasar pembelajar untuk memonitor atau mengecek akurasi bahasa
pembelajar.
f.
Pengajaran
struktur bahasa memberikan dasar bagi guru atau orang lain untuk menyediakan
umpan balik akurasi produksi bahasa siswa
g.
Silabus
structural bebas dari nilai dan budaya bahasa yang dipelajari.[18]
2. Silabus nasional/fungsional
Al-Khuli (1986: 84)
mendefinisikan Silabus Nosional sebagai berikut: “Silabus pembelajaran bahasa
asing yang didasrkan atas fungsi-fungsi bahasa sebagai pengganti dari unit-unit
kaidah dan situasi.” Karl Krahnke (1987: 10) mendefinisikannya sebagai “is
one in which the content of language teaching is a collection of the functions
that are performed when language is used, or of the notions that language is
used to express (silabus di mana isi
pembelajaran bahasa adalah kumpulan
fungsi-fungsi yang akan ditampilkan (performed) ketika bahasa digunakan
atau sekumpulan nosi-nosi (gagasan-gagasan) yang akan diekspresikan oleh
bahasa).[19]
Silabus ini
didasarkan pada pertimbangan kemampuan komunikasi sebagai pijakan awal. Jika
perhatian silabus structural digambarkan dengan pertanyaan, “Bagaimana penutur
mengungkapkan makna yang diinginkannya? (perhatiannya tertuju pada struktur
atau bentuk gramatikal). Sedangkan perhatian silabus situasional digambarkan
dengan pertanyaan, “Kapan dan di mana makna bahasa diungkapkan? (perhatian
ditujukan pada situasi di mana bahasa digunakan”. Dalam silabus nosional yang
diperhatikan adalah “kebermaknaan”, yakni dengan menjawab pertanyaan, “Makna
apa yang ditransfer melalui bahasa?” Hal ini tanpa meminggirkan pentingnya
struktur dan situasi.
Pemilihan materi
bahasa dilakukan sesuai dengan makna-makna yang dibutuhkan siswa dalam proses
komunikasi. Dengan demikian ‘makna’ dan bukan struktur atau situasi yang
menentukan materi bahasa. Namun demikian hal ini mengkonsekuensikan beraneka
ragamnya struktur bahasa atau situasi bahasa sesuai dengan beraneka ragamnya
nosi-nosi/gagasan yang ada.
Wilkins, sebagai
orang yang memperkenalkan silabus ini, membagi nosi-nosi menjadi beberapa unit
besar dan sub-unit-sub-unit yang lebih kecil. Wilkins menyebutkan beberapa unit
besar antara lain: waktu, bilangan, tempat, makna hubungan, kaitan jumlah yang
diucapkan dengan konteksnya. Adapun unit-unit kecil merupakan subunit dari unit
besar sebagaimana disebut di atas. Unit besar waktu meliputi beberapa unit
kecil antara lain: waktu tertentu (sekarang, kemarin, dan sebagainya), durasi,
hubungan waktu, pengulangan, kesinambungan, dan lain-lain.
Kontekstualitas (السياقية)
adalah pertimbangan utama dalam silabus nosional. Sebagai contoh kalimat (السماء تمطر)
memiliki beberapa makna di antaranya: pertama, sebagai ‘pembuka pembicaraan’,
jika dikaitkan dengan konteks seseorang yang bertemu di suatu tempat untuk
pertama kalinya. Kedua, kalimat tersebut dapat bermakna ‘larangan keluar’, jika
dikaitkan dengan konteks ketika seseorang berbicara dengan anaknya yang masih
kecil dan terus-menerus ‘merengek’ untuk keluar rumah. Ketiga, bermakna ‘menyarankan
agar lawan bicara membawa payung’, jika seseorang berkata, misalnya, kepada
tamunya yang hendak ke luar rumah pada saat hujan. Dengan demikian sulit
kiranya mengeneralisasi makna suatu kalimat jika hanya merujuk pada kosakata,
struktur, atau situasinya saja.
Kelebihan silabus nosional/fungsional adalah
sebagai berikut :
a.
Silabus
nosional/fungsional memuat informasi tentang penggunaan bahasa yang tidak
dimuat silabus structural
b.
Silabus nosional/fungsional melihat bahasa sebagai system komunikasi bukan
system abstrak dari elemen-elemen dan peraturan-peraturan bahasa
c.
Pembelajaran
bahasa akan lebih efektif karena silabus ini memberikan analisis yang memadai
tentang hal-hal yang diinginkan siswa
Kelemahan silabus nosional:
a.
Silabus
nosional/fungsional masih sangat sederhana yakni masih berupa serangkaian
pasangan fungsi dan bentuk tertentu yang sangat terbatas.
b.
Karena
konten silabus nosional/fungsional berkaitan dengan penggunaan-penggunaan
spesifik maka tipe ini kurang umum (less generalizable) ketimbang konten
structural.
c.
Menghadirkan
“rutinitas” misalnya ungkapan No, thank you, adalah ungkapan penolakan
halus.[20]
Contoh
format silabus
III.
Penutup
Kesimpulan
1.
Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi
dasar ke dalam materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.
2.
Dalam pembuatan silabus setidaknya terdapat beberapa prinsip yang
harus diperhatikan, yakni ilmiah, Revelansi, Fleksibelitas, Kontinuitas,
Efektivitas, Efesiensi, Konsistensi, Memadai
3.
Format silabus terdiri dari : identitas nama, mata pelajaran,
kelas/program, semester, standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi,
penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar
4.
Terdapat beberapa tipe pembuatan silabus yang dinamai berdasarkan
pendekatan yang dilakukan, diantaranya silabus struktural, silabus fungsional,
dan nasional.
terimakasih
BalasHapusbacaannya membantu untuk referensi makalah saya besok lusa
daftar pustaka dan futnotnya mana?
BalasHapus