I. Pendahuluan
Paham-paham keagamaan makin
bermunculan di banyak tempat. Islam menjadi trend
kehidupan dalam masyarakat. Pemahaman keagamaan dalam pertumbuhannya melahirkan
adanya klaim kebenaran (truth claim)
yang kemudian memperuncing relasi antar umat beragama di satu sisi, dan
pemahaman sepihak terhadap doktrin-doktrin keagamaan.[1]
Sejalan dengan hal di atas, setiap
penganut agama biasanya mengaktualisasikan ajaran keagamaannya sebagai pedoman
hidup dalam perilaku sosial dalam masyarakat.[2]
Perbedaan dalam cara memperjuangkan paham keagamaan yang dianut ternyata menimbulkan pro dan
kontra yang berkepanjangan, sehingga terjadi ketegangan yang cukup
memprihatinkan. Ironisnya hal itu terjadi pula perang pendapat di berbagai
media massa antara tokoh agama yang dianggap moderat dengan kelompok-kelompok
yang dicap sebagai “radikal”. Akibatnya dari perang pendapat tersebut
memunculkan konflik antara pendukung kedua belah pihak.[3]
Apabila dirunut ke belakang, jauh
sebelumnya sudah terdapat sejumlah paham keagamaan sempalan di Indonesia, yang
mungkin karena struktur masyarakat muslim Indonesia yang heterogen dan sikap
akomodatif masyarakat muslim menyebabkan paham-paham keagamaan yang ada mudah
diterima hingga tumbuh subur dan berkembang. Hal ini bertentangan dengan firman
Allah dalam surat Al-Israa:36
wur
ß#ø)s? $tB
}§øs9
y7s9
¾ÏmÎ/
íOù=Ïæ
4
¨bÎ)
yìôJ¡¡9$#
u|Çt7ø9$#ur
y#xsàÿø9$#ur
@ä.
y7Í´¯»s9'ré&
tb%x.
çm÷Ytã
Zwqä«ó¡tB
ÇÌÏÈ
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya”. (Al Isra:36)
Ayat di atas menegaskan bahwa Allah melarang manusia untuk
melakukan pekerjaan yang tidak ada ilmu pengetahuan tentangnya. Pada
kenyataannya banyak uamt Islam yang memiliki semangat yang kuat dalam mengamalkan
ajaran Islam namun minim ilmu. Hal ini menjadi penyebab bagi seseorang
dipengaruhi oleh paham-paham sempalan. Hal ini relevan dengan pernyataan Martin
van Bruinessen yang menyebut bahwa salah satu gejala yang menonjol dalam
beberapa gerakan adalah pendidikan dan pengetahuan agama yang relatif sedikit,
tetapi diimbangi dengan semangat keagamaan yang tinggi.[4]
Herbert G. Hicks berpendapat bahwa ada berbagai macam alasan orang ikut atau
mendirikan organisasi atau kelompok. Pertama,
alasan sosial (social reasons)
artinya banyak organisasi dibentuk untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam
pergaulan. Kedua, alasan material (material reasons) melalui bantuan
organisasi, manusia dapat melakukan tiga hal; memperbesar kemampuan, menghemat waktu dan menarik
manfaat dari pengetahuan generasi sebelumnya.[5]Namun
jika dibaca dari persepektif sosiologis, kemunculan paham sempalan itu sebenarnya
tidak terlalu problematik, tetapi akan sangat bermasalah ketika ditinjau dari
sisi politik dan paham keagamaan mayoritas umat Islam pada saat ini.[6]
Oleh
karena itu, kajian ini akan melihat eksistensi paham-paham keagamaan dalam
interpretasi sosiologi menurut al-Qur’an. Dengan tujuan mendeskripsikan
dinamika kehidupan paham-paham keagamaan serta interpretasi sosiologis dan
bagaimana al-Qur’an memandang hal ini.
II. Dinamika
Paham-paham Keagamaan dalam Interpretasi Sosiologis
A.
Latar Belakang
Muncul Paham-paham Dalam Islam
Di
Indonesia, gerakan kelompok Islam dapat dipandang sebagai kelompok gerakan
radikal yang relative sering muncul ke permukaan. Tidak hanya karena kelompok
Islam merupakan mayoritas di Indonesia, tetapi juga karena ideology jihad dalam
Islam dapat mendorong radikalisasi paham-paham Fanatik di Indonesia. Tetapi
semangat jihad itu sendiri tidak muncul secara tiba-tiba. Banyak faktor yang ikut
mempengaruhi munculnya semangat jihad kelompok masyarakat Islam seperti faktor ideologi
politik, sosial budaya, solidaritas dan doktrin teologi.[7]
Secara sosiologis terdapat beberapa tingkatan umat
Islam dalam mengamalkan ajaran Islam, yakni :
1.
Islam
Millah
2.
Islam
Syari’ah
3.
Islam
Jam’iyah
4.
Islam
‘Amaliyah
Secara
psikologis terdapat empat tugas dalam beragama, yakni:
1.
Sebagai
privat religious
2.
Sebagai
kolegal religious
3.
Sebagai
group religious
4.
Sebagai
public religious
Manusia yang mengamalkan ajaran Islam pada tingkat
Islam Jam’iyah dan group religious menjadi gerbang
munculnya berbagai macam paham keagamaan. Perbedaan pemahaman terhadap ajaran
Islam terus berkembang sepanjang masa akibat dari perbedaan interpretasi dan
pengamalan teks-teks al-Qur’an dan al-Hadis.
Selain itu
dalam studi Islam dengan pendekatan sosiologis, berkembang beragam pendapat
tentang latar belakang muncul dan berkembangnya paham-paham keagamaan, di
antaranya adalah sebagai berikut :[8]
1. Sejumlah ulama melihat bahwa muncul
dan berkembangnya aliran keagamaan disebabkan oleh ketidaktahuan para
penganutnya terhadap ajaran Islam dan berbagai aspeknya.[9]
2. Menurut Azyumardi Azra, muncul dan
berkembangnya beragam aliran atau paham keagamaan yang menyimpang dari paham
keagamaan dan mainstream yang berlaku dipercepat oleh kenyataan yang
berlangsungnya perubahan-perubahan sosial-ekonomi yang begitu cepat dengan
sedikit latah, bisa juga disebabkan oleh globalisasi yang menimbulkan disrupsi
disorientasi, atau dislokasi psokologis dalam kalangan tertentu masyarakat.
Selain itu,kemunculan mereka juga bisa di dorong oleh ketidakpuasan terhadap
paham, gerakan atau organisasi keagamaan mapan, yang mereka pandang tidak mampu
lagi mengakomodasi pengembaraan keagamaan mereka.[10]
3. Terdapat indikasi kuat telah terjadi
fragmentasi otoritas atas interpretasi teks kitab suci (al-Qur’an) yang
berimplikasi pada pergeseran otoritas keagamaan.[11]
Selain
faktor yang melatarbelakangi munculnya suatu paham agama, motif dan tipikal
paham keagamaan dibedakan atas: Pertama,
pandangan tentang kemurnian agama (purifikasi)
yang tidak hanya terbatas pada praktek keberagaman, melainkan juga pemurnian
atas sumber agama itu sendiri, yakni penolakan atas sumber selain al-Qur’an. Kedua, dorongan untuk mendobrak
kemapanan paham keagamaan mainstream, khususnya yang berkaitan dengan kebebasan
bagi setiap individu muslim untuk menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri dalam
memahami ajaran Islam tidak terikat pada struktur taklid dalam bentuk apapun[12].
Ketiga, pandangan tentang sistem
kemasyarakatan yang diidealisasikan, seperti sistem kepemimpinan tunggal di
bawah seorang amir atau sistem ummah wâhidah. Keempat, sikap terhadap pengaruh ideologi yang berasal dari Barat
dan pengaruh modernisasi, dengan menempatkan Islam sebagai ideologi yang unggul
atas ideologi apapun.[13]
Adapun
tipologi aliran keagamaan atau gerakaan keagamaan oleh para sosiologi
diklasifikasi menjadi tiga, yaitu , yaitu endogenous
religious movement, exogenous religious movement menunjuk pada usaha-usaha
mengubah karakteristik internal agama, dengan berusaha menghidupkan
organisasi-organisasi keagamaan. Tipe kedua ini sangat mementingkan aspek
survivalitas, kehidupan ekonomi, status, dan ideologi,agar organisasi agama
dapat dijamin tetap bertahan dalam keseimbangan atau harmonis dengan
lingkungannya. Generative religious
movement, adalah gerakan keagamaan yang berusaha mengubah satu atau
beberapa aspek ajaran agama, hingga terbentuknya satu agama baru.[14]
Dari
berbagai penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa ada banyak yang
melatarbelakangi muncul dan berkembangnya paham-paham keagamaan. Mulai dari
perbedaan tingkatan pengetahuan para penganut terhadap ajaran Islam dan
berbagai aspeknya, hingga sikap yang diambil oleh umat Islam terhadap ideologi
yang berasal dari luar.
B. Paham-paham
Keagamaan yang Berkembang di Indonesia
Paham-paham keagamaan yang berkembang di Indonesia
berdasarkan fatwa MUI dikelompokkan pada tiga kategori, 1) aliran tidak sesat,
2) aliran sesat, dan 3) aliran kebatinan yang harus diwaspadai.[15] Paham-paham
yang ajarannya tidak menyimpang/sesat yakni:
1. Muhammadiyah
2. Nahdatul
Ulama
3. Syi’ah
4. Jama’ah
Tabligh
5. Majlis
Tafsir Al-Qur’an
6. Front
Pembela Islam
7. Hidzbut
Tahrir
Adapun paham-paham keagamaan yang dianggap sesat adalah
sebagai berikut:
1. Lembaga
Dakwah Islamiyyah Indonesia (LDII)
2. Negara
Islam Indonesia (NII) KW-9 / Az-Zaitun
3. Salamullah
4. Al-Qiyadah
Al-Islamiyah
5. Jemaah
Ngaji Lelaku
6. Al-Qur'an
Suci
7. Ingkar
Sunnah
8. Isa Bugis
9. Ahmadiyah
10. Baha'i
11. Jaringan
Islam Liberal
12. Al-Quran Suci
13. Mahesa
Kurung
14. Wahidiyyah
15. Islam
sejati
16. Ahmad
Sayuti (Nabi Palsu)
17. Darul
Arqam
Kemudian terdapat 133 aliran-aliran kebatinan Islam di Indonesia menurut H.M.
Danuwiyoto tidak terlepas dari pengaruh ajaran Syekh Siti Jenar pada abad ke-14
Masehi yang dianggap sesat oleh para Wali yang ada di Indonesia saat itu. Berikut
ini adalah beberapa aliran kebatinan yang berkembang di Indonesia :
1. Perjalanan Tri Luhur Bangkalan
2. Agama Baru Banyu Urip
3. Ilmu Laduni Sepalu, Bantul
4. Kasunyatan Ngantek
5. Pekerjaan Baru Hadisono
Guasar,Banyumas
6. Moyah Kaki Kroya
7.Tri Luhur Tulus Blitar
8. Murti Tomo Waskito,
9. Paguyuban Pambuko Jiwa
10.Purwatin Sanggar Penataran
Melihat
betapa banyaknya aliran yang menyimpang dari Islam, satu-satunya jalan untuk
menghindarinya adalah memperdalam pengetahuan kita tentang agama Islam yang
sesuai dengan Al-Quran, hadits dan mayoritas (jumhur) ulama yang ada.
C. Eksistensi
Paham-paham Keagamaan dalam Interpretasi Sosiologis Menurut Islam
Keberdaan paham-paham keagamaan sebagai wujud dari fitrah
manusia yang diciptakan berkelompok yang secara struktural menimbulkan berbagai
perbedaan pemikiran dan pemahaman sehingga terbuka ruang untuk berbeda paham
dan pendapat . Sesuai dengan Firman Allah dalam surat Al-hujuran :13
$pkr'¯»t
â¨$¨Z9$#
$¯RÎ)
/ä3»oYø)n=yz
`ÏiB
9x.s
4Ós\Ré&ur
öNä3»oYù=yèy_ur
$\/qãèä©
@ͬ!$t7s%ur
(#þqèùu$yètGÏ9
4
“Hai
manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal.”
Al-Maraghi menafsirkan kalimat “wa ja’alnakum Syu’uban wa qobaailan lita’arafu” sebagai perintah
untuk saling mengenal dan tidak saling meninggalkan.[16]
Berdasarkan ayat di atas jelas bahwa pada fitrahnya manusia diciptakan
berkelompok-kelompok, hal ini menjadi gerbang lahirnya paham-paham keagamaan
yang juga berimbas pada hubungan sosial antar masyarakat.
Kemudian firman Allah surat Ali Imran
ayat 112:
ôMt/ÎàÑ
ãNÍkön=tã
èp©9Ïe%!$#
tûøïr&
$tB
(#þqàÿÉ)èO
wÎ)
9@ö6pt¿2
z`ÏiB
«!$#
9@ö6ymur
z`ÏiB
Ĩ$¨Y9$#
“Mereka
diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang
kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia.”
Al-Maraghi menafsirkan kata “dzillah” yakni kehinaan bagi manusia
merupakan hal lazim .[17]Kelaziman
hinanya manusia merupakan akibat dari sering terjadinya konflik antar manusia.
Hendropuspito mengemukakan bahwa paling tidak ada empat hal pokok sebagai
sumber konflik sosial yang bersumber dari agama, yaitu:
1. Perbedaan Doktrin dan
Sikap Mental
Semua pihak umat beragama yang sedang terlibat dalam bentrokan
masing-masing menyadari bahwa justru perbedaan doktrin itulah yang menjadi penyebab
dari benturan itu.
2. Perbedaan Suku dan Ras
Pemeluk Agama
Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan ras dan agama memperlebar jurang
permusuhan antar bangsa. Perbedaan suku dan ras ditambah dengan perbedaan agama
menjadi penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan antar kelompok dalam
masyarakat.
3. Perbedaan Tingkat Kebudayaan
Agama sebagai bagian dari budaya bangsa manusia. Kenyataan membuktikan
perbedaan budaya berbagai bangsa di dunia tidak sama. Secara sederhana dapat
dibedakan dua kategori budaya dalam masyarakat, yakni budaya tradisional dan
budaya modern.
4. Masalah Mayoritas da
Minoritas Golongan Agama
Fenomena konflik sosial mempunyai aneka penyebab. Tetapi dalam masyarakat
agama pluralitas penyebab terdekat adalah masalah mayoritas dan minoritas
golongan agama.
Untuk menghindari beberapa faktor
munculnya konflik antar manusia yang menyebabkan mereka hina sebagaimana
disebutkan di atas, maka kalimat “bihablin
minnallah wa hablin minannas” pada ayat sama bias menjadi solusi tetap akan
permasalah ini. Manusia diperintahkan untuk menjaga hubungan baik dengan Allah
(hablum minallah) dan hubungan dengan
sesama manusia (hablum minannas) agar
terhindar dari kehinaan.
Dalil
lain yang relevan dengan keberagaman kelompok manusia adalah firman Allah surat
as-Syuro ayat 8:
öqs9ur
uä!$x©
ª!$#
öNßgn=yèpgm:
Zp¨Bé&
ZoyÏnºur
`Å3»s9ur
ã@Åzôã
`tB
âä!$t±o
Îû
¾ÏmÏFuH÷qu
4 tbqçHÍ>»©à9$#ur
$tB
Mçlm;
`ÏiB
<cÍ<ur
wur
AÅÁtR
ÇÑÈ
“Dan kalau
Allah menghendaki niscaya Allah menjadikan mereka satu umat (saja), tetapi dia
memasukkan orang-orang yang dikehendaki-Nya ke dalam rahmat-Nya. dan
orang-orang yang zalim tidak ada bagi mereka seorang pelindungpun dan tidak
pula seorang penolong.”[18]
Dalil berikutnya adalah firman Allah
surat an-Nisa’ ayat : 1
$pkr'¯»t
â¨$¨Z9$#
(#qà)®?$#
ãNä3/u
Ï%©!$#
/ä3s)n=s{
`ÏiB
<§øÿ¯R
;oyÏnºur
t,n=yzur
$pk÷]ÏB
$ygy_÷ry
£]t/ur
$uKåk÷]ÏB
Zw%y`Í
#ZÏWx.
[ä!$|¡ÎSur
4 (#qà)¨?$#ur
©!$#
Ï%©!$#
tbqä9uä!$|¡s?
¾ÏmÎ/
tP%tnöF{$#ur
4 ¨bÎ)
©!$#
tb%x.
öNä3øn=tæ
$Y6Ï%u
ÇÊÈ
“Hai
sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya.Allah menciptakan isterinya; dan dari pada
keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling
meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya
Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu.”
Menurut
Quraish Shihab ayat ini menjelaskan bahwa Tuhan yang telah menciptakan kalian
dari satu nafs (jiwa). Dari satu nafs itu Dia menciptakan pasangannya, dan dari
sepasang nafs tersebut Dia kemudian memperkembangbiakkan banyak laki-laki dan
perempuan. Sesungguhnya dari nafs yang satu itulah kalian berasal.[19]
Beberapa
ayat tersebut di atas merupakan acuan bagi paham-paham keagamaan untuk tetap
eksis namun menjaga hubungan baik antar manusia meskipun memiliki pemahaman
yang berbeda. Sebab manusia pada fitrahnya merupakan makhluk sosial dan di sisi
lain mereka memiliki ego atas pendapat mereka sendiri.
III. Penutup
Kesimpulan
Keberadaan
paham-paham keagamaan bukanlah sesuatu yang tabu saat ini.paham apapun yang
dipasarkan di Indonesia pasti ada peminat. Indonesia adalah lahan subur bagi
persemaian paham keagamaan. Ungkapan “setiap benih yang kau tanam di Indonesia
pastilah tumbuh” benar-benar terbukti dan nyata baik pada masa lalu, masa
sekarang dan masa yang akan datang. Kenyataan ini dibolehkan al-Qur’an, sebab
fitrah manusia diciptakan sebagai makhluk social dan individu. Sebagai makhluk
sosial manusia saling membutuhkan satu sama lain, namun sebagai makhluk
individu manusia berkeinginan kuat dalam menonjolkan pendapat masing-masing.
Pada dasarnya
paham-paham keagamaan yang ada merujuk pada sumber yang sama hanya saja tingkat
pemahaman dan pengetahuan dalam menjalankan agama yang berbeda, sehingga
masyarakat yang mengamalkan ajaran Islam pada tingkatan terendah akan sangat
mudah dipengaruhi oleh paham-paham yang ada. Baik paham yang sesuai dengan
ajaran Islam maupun paham sempalan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar