Kamis, 14 Juli 2016

Latihan Keterampilan Bahasa : (Qira’ah dan Kitabah)


                               I.            Pendahuluan
Bahasa Arab merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan dalam dunia pendidikan, khususnya di instansi atau sekolah-sekolah Islam baik negeri maupun swasta. Perubahan kurikulum pendidikan tidak menjadikan Bahasa Arab hilang dari posisi tersebut.
Materi bahasa arab terdiri dari beberapa keterampilan yaitu; maharah istima’, maharah kalam, maharah qira’ah, dan maharah kitabah. Dalam makalah ini akan dibahas dua keterampilan dari empat keterampilan bahasa tersebut, yakni keterampilan membaca dan menulis khususnya pada pembahasan tadrib atau latihan yang diberikan pada keterampilan membaca dan manulis.

                            II.            Pembahasan
A.    Latihan Maharah Qira’ah
Keterampilan membaca (maharah qira’ah) adalah kemampuan mengenali dan memahami isi sesuatu yang tertulis dengan melafazkan atau mencernanya di dalam hati. Membaca hakekatnya adalah proses komunikasi antara pembaca dengan penulis melalui teks yang ditulisnya, maka secara lansung di dalamnya ada hubungan kognitif antara bahasa lisan dan bahasa tulis.[1]
Agar pengajaran kemahiran membaca dapat terarah kepada tujuan, maka bacaan-bacaan yang disajikan perlu dilengkapi dengan pertanyaan-pertanyaan atau model-model latihan. Bentuk dan sistematika pertanyaan disesuaikan dengan tujuan atau jenis membaca atau mengalaman belajar apa yang ingin dilatihkan kepada siswa.[2]
1.      Belajar memperkaya kosa kata
Kosa kata merupakan salah satu unsur bahasa yang harus dikuasai untuk memperoleh kemahiran berbahasa, termasuk kemahiran membaca. Pada bagian terdahulu telah dijelaskan berbagai jenis kosa kata, dan macam-macam teknik yang bisa digunakan oleh pengajar untuk membantu siswa memahami makna kata dan memperkaya perbendaharaan kosa kata anak.
Satu kegiatan yang perlu digarisbawahi dalam hubungan dengan kegiatan membaca, siswa hendaknya dibiasakan untuk menggunakan kamus. Keretampilan menggunakan kamus sangat penting untuk mengembangkan pengetahuan siswa.
Untuk memperkaya kosa kata perlu latihan-latihan :
a.       Mencari padanan kata /sinonim
b.      Mencari lawan kata/ antonym
c.       Mencari makna lain dari kata yang sama
d.      Mencari bentuk jamak dari kata tunggal dan sebaliknya
e.       Mencari bentuk mudhari’ dari madhi dan sebaliknya.[3]
2.      Belajar mengenal (kognisi) isi bacaan
Mengenal isi bacaan bertingkat-tingkat intensitasnya. Ada yang membaginya menjadi dua tingkatan, yaitu mengenali hal yang eksplisit dan implisit dalam teks. Ada yang membaginya menjadi tiga, yaitu mengenali apa yang ada pada teks, yang ada dibalik teks, dan apa yang diseberang teks.tingkatan-tingkatan ini bisa dirujuk kepada Taksonomi Bloom yang membagi pertanyaan menjadi 6 tingkatan : pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi.
Keenam tingkatan ini akan diuraikan lebih lanjut sebagai bentuk pengalaman belajar dalam menghadapi sebuah teks bacaan. Namun harus dinyatakan sejak awal bahwa penerapannya dalam proses belajar-mengajar harus disesuiakan dengan tingkatan kemampuan berpikir siswa, bentuk teks bacaan dan tingkatan kesulitannya.[4]
a.       Belajar mengetahui dan mengingat
Siswa belajar mengetahui (al-ma’rifah) dan mengingat (al-tadzkkur) informasi berupa fakta-fakta atau definisi-definisi tentang sesuatu dari teks yang dibacanya. Jenis pertanyaan yang bisa dipakai untuk membimbing siswa menemukan informasi tersebut adalah man, ma, ayna, mata.
Pertanyaan-pertanyaan tingkat pertama ini tampaknya sepele, tapi cukup penting artinya sebagai landasan untuk berpikir lebih lanjut atau mengenal isi teks pada tingkat yang lebih tinggi.
b.      Belajar memahami
Siswa belajar memahami (al-fahm) dan menguasai (al-isti’ab) sesuatu dari teks berdasarkan fakta-fakta yang telah ia temukan (pada tingkat pertama). Pada tingkat kedua, siswa tidak hanya dituntut untuk mengetahui dan mengingat, melainkan memahami secara sungguh-sungguh fakta-fakta yang telah ia ketahui, dan mampu menerangkannya kembali dengan menggunakan kalimat atau ungkapannya sendiri.
Jenis pertanyaan yang biasa dipakai untuk memberikan pengalaman belajar tingkat kedua ini antara lain : lima;dza, mal-ladzi, isyrah, bayyin, qarin.
c.       Belajar mengaplikasikan pengetahuan
Siswa tidak cukup hanya bisa menyebutkan, menerangkan, dan menafsirkan informasi, tetapi dituntut pula untuk bisa mengaplikasikan atau menerapkannya.
Menggunakan informasi yang diperolehnya dari teks untuk memecahkan suatu masalah juga termasuk dalam tingkat aplikasi ini. Kata-kata yang biasa digunakan dalam pertanyaan aplikatif antara lain : kaifa, ayyuhuma, ha;t mitsalan, ikhtar.

d.      Belajar menganalisis
Belajar menganalisis menuntut siswa berfikir secara kritis dan mendalam, untuk menentukan sesuatu yang tidak dinyatakan secara eksplisit dalam teks. Menentukan ide poko dalam kalimat atau paragraph bisa digolongkan dalam belajar menganalisis. Dalm hal ini siswa perlu dikenalkan dengan kata-kata penghubung yang bisa dijadikan acuan menentukan ide pokok seperti li’anna, li’annahu dan sebagainya.
e.       Belajar mensintesis
Melakukan sintesis adalah merangkum bagian-bagian dalam teks untuk ditampilkan kembali dengan “baju baru” atau dalam sebuah karangan yang sama sekali baru dan orisinal. Hal ini memerlukan kreativitas siswa, misalnya membuat bagan, denah, skema, grafik, dan sejenisnya untuk menjelaskan isi teks.

f.       Belajar mengevaluasi
Tingkatan keenam dai pengalaman belajar menghadapi sebuah teks adalah melakukan evaluasi. Dalam hal ini siswa dituntut untuk menilai kualitas atau manfaat dari teks yang dipelajari, baik menyangkut sistematika maupun gagasan yang termuat di dalam teks tersebut. Penilaian itu harus didasarkan atas kriteria-kriteria yang jelas, apakah itu standard objektif, ataukah nilai-nilai pribadi. Hasil penilaian siswa mungkin akan berbeda-beda, baik karena perbedaan kriteria yang dipakai atau perbedaan sudut pandang, tapi perbedaan ini justru diharapkan.
Pertanyaan yang biasanya digunakan pada tingkat ini misalnya : ma ra’yuka ?, hal anta muwafiq ? limadza ? hal hadzihi al-maqalah mufidah ? dan sebagainya.

3.      Belajar mengenal pola kalimat
Ada bahan bacaan yang disajikan dengan tujuan untuk memperkenalkan pola kalimat baru kepada siswa. Untuk itu harus dipersiapkan latihan guna memantapkan pola kalimat tersebut. Secara lisan maupun tulis. Dalam hubungan ini, bila dianggap perlu siswa juga bisa dilatih untuk mengenal fungsi-fungsi gramatikal dari kata dalam kalimat, misalnya mengetahui mana fail dari sebuah fiil, mana maf’ulbih dari fiil muta'addi, mana ism inna adan khabarnya, dan sebagainya. Tujuannya adalah untuk membantu pemahaman teks. Tapi harus dibatasi seperlunya agar pelajaran qira’ah tidak berubah menjadi pelajaran nahwu.[5]

B.     Latihan Maharah Kitabah
1.      Pengertian Kitabah (Menulis)
Maharah Kitabah (writing skill) adalah kemampuan dalam mengekspresikan atau mengungkapkan isi pikiran mulai dari aspek yang paling sederhana seperti menulis kata-kata sampai kepada aspek yang kompleks yaitu mengarang.[6]
Adapun kitabah atau menulis merupakan suatu proses kreatif yang banyak melibatkan cara berpikir divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat). Menulis tidak ubahnya dengan melukis. Penulis memiliki banyak ide, gagasan, pendapat, pikiran, perasaan, serta obsesi yang akan dituliskannya. Walaupun secara teknis ada kriteria-kriteria yang dapat diikutinya, tetapi wujud yang akan dihasilkan itu sangat bergantung pada kepiawaian, imajinasi, dan kreativitas penulis dalam mengungkapkan gagasan.
Kitabah (menulis) dapat dikatakan suatu keterampilan berbahasa yang rumit, karenanya keterampilan ini harus diurutkan setelah periode pelajaran yang menekankan pada bunyi (marhalah shawtiyyah). Marhalah tersebut lebih terfokus pada aspek menyimak dan bicara. Kitabah sering difahami hanya sebatas mengkopi (naskh) dan mengeja (tahajju’ah), namun kitabah sebenarnya juga mencakup beragam proses kognitif untuk mengungkap apa yang diinginkan seseorang. Dengan demikian keterampilan ini merupakan latihan mengatur ide-ide dan pengetahuan lalu menyampaikan dalam bentuk simbol-simbol huruf. Akan tetapi bagaimana pelajaran kitabah itu sebenarnya adalah tergantung pada bagaimana pula situasi dan kondisi belajar atau peserta didiknya.
Menulis juga merupakan sebuah ketrampilan berbahasa yang terpadu, yang ditunjukan untuk menghasilkan sesuatu yang disebut tulisan. Sekurang-kurangnya, ada tiga komponen yang tergabung dalam kegiatan menulis, yaitu:
·        Penguasaan bahasa tulis, meliputi kosa kata, struktur, kalimat, paragraf, ejaan, fragmatik dan sebagainnya.
·        Penguasaan isi karangan sesuai dengan topik yang akan ditulis.
·        Penguasaan tentang jenis-jenis tulisan. Yaitu bagaimana merangkai isi tulisan dengan menggunakan bahasa tulis sehingga membentuk sebuah komposisi yang diinginkan, seperti esai, artikel, cerita pendek, makalah dan sebagainnya.
Namun diantara para pemerhati bahasa banyak yang menafikan pentingnya fungsi tata bahasa dalam mempelajari bahasa asing bahkan diantara mereka juga mengatakan bahwa pelajaran tata bahasa bukanlah hal yang memiliki urgenitas tinggi dalam pembelajaran bahasa dan bahkan tidak di butuhkan dalam pembelajaran berbicara. Karena tata bahasa (qawa‟id) dianggapnya akan memasung kreatifitas pembelajar untuk berbicara. Pendapat demikian itu bukan berarti benar untuk selamanya, akan tetapi sangat relatif kerena kebenaran pendapat tersebut akan valid jika pembelajaran yang di maksud adalah pemula dan baru mengenal bahasa arab sehingga ia langsung di ajarkan tata bahasa -yang nota bene memang harus proses mengahafal rumus dan kaidah-kaidah tata bahasa- maka ia akan merasa kesulitan, akan tetapi jika materi tersebut diberikan bagi mereka yang sudah agak mahir dengan seperangkat kosa kata yang mencukupi, maka pembelajaran tata bahasa itu sendiri akan menjadi sebuah kebutuhan guna mengoreksi dan mengarahkan bahasanya agar baik dan benar disaat menuangkan pikirannya dalam sebuah tulisan.

2.      Aspek-aspek dalam Maharah Kitabah
Kemahiran menulis mempunyai dua aspek, tetapi dalam hubungan yang berbeda.Pertama, kemahiran membentuk huruf dan menguasai ejaan; kedua, kemahiran melahirkan fikiran dan perasaan dengan tulisan.[7]
a.       Kemahiran Membentuk Huruf dan Menguasai Ejaan
Dalam berbagai literatur disebutkan bahwa inti maharah kitabah adalah terletak pada aspek yang kedua yaitu melahirkan fikiran dan perasaan dengan tulisan.Namun kemahiran dalam membentuk huruf (aspek pertama) sangatlah mendasari keberhasilan dari aspek kedua tersebut.
Maka kemampuan menulis alphabet Arab harus dilatih sejak tingkat permulaan, dan dalam tingkat selanjutnya pembinaan harus tetap dilakukan sebagai variasi kegiatan pembelajaran. Adapun kemampuan menulis huruf arab harus dilakukan secara benar dari berbagai posisinya. Dalam hal ini segi artistic (khat) tidak terlalu penting,meskipun tidak boleh diabaikan,kecuali bagi calon guru bahasa arab dan guru agama yang memang dituntut oleh profesinya untuk bisa menulis Arab tidak saja benar tetapi juga baik.
Adapun ejaan sendiri adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) dan penggunaan tanda baca. Mengeja berarti menyebutkan atau melafalkan huruf-huruf satu demi satu.Kemahiran mengeja ini merupakan salah satu upaya pembinaan kemahiran menulis. Sebagaimana diketahui bahwa mengeja alphabet arab ini juga sangat berlainan dengan ejaan huruf Latin. Latihan-latihan yang harus dilakukan  untuk meningkatkan kemahiran ejaan mencakup lisan dan tulisan. Cara lainnya ialah melalui imal’/dikte. Imla’ adalah cara membacakan sesuatu dengan keras supaya didengar oleh orang lain. [8]

b.      Kemahiran mengungkapkan pikiran dengan tulisan
Aspek ini merupakan inti dari kemahiran menulis.Setelah melalui berbagai latihan, siswa diharapkan mahir dalam  menyatakan atau menuangkan isi pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan. Dalam hal ini terdapat beberapa petunjuk umum berkaitan dengan kemahiran mengungkapkan pikiran dengan tulisan dalam pembelajaran menulis,[9] yaitu :
1)      Memperjelas materi yang dipelajari siswa
2)      Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa atau peserta didik
3)      Mulai mengajarkan menulis dengan waktu yang cukup
4)      Asas bertahap, dari yang sederhana berlanjut ke yang rumit. Contoh pembelajaran dimulai dengann:
·         Menyalin huruf dan kata
·         Menulis kalimat sederhana
·         Menulis sebagian kalimat yang ada dalam teks atau percakapan
·         Menulis jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
·          Ilma’
·         Mengarang terarah
·          Mengarang bebas
·         Kebebasan menulis
·         Pembelajaran khat
·          Pembelajaran imla’.
·          
3.      Tahap-tahap Latihan dalam Maharah Kitabah
Untuk melatih siswa dalam meningkatkan keterampilan menulis, ada beberapa bentuk tahapan dalam latihan kitabah (menulis) oleh siswa, antara lain :
a.       Mencontoh
Kegiatan mencontoh sepintas nampaknya tidak ada gunanya dan membuang-buang waktu saja.Tetapi sebenarnya aktivitas semacam ini tidaklah semudah yang kita bayangkan.Tentu saja mencontoh ini diberikan pada tahap-tahap permulaan dan juga untuk variasi pada tahap-tahap berikutnya.
Sesungguhnya mencontoh ini memang aktivitas yang mekanis, tidak berarti siswa tidak akan belajar apa-apa. Pertama siswa belajar dan melatih menulis dengan tepat sesuai dengan contoh.Kedua, siswa belajar mengeja dengan benar. Ketiga, siswa berlatih enggunakan bahasa arab dengan benar.


b.      Reproduksi
Reproduksi merupakan menulis berdasarkan apa yang telah dipelajari secara lisan. Dalam tahap ini siswa sudah mulai dilatih menulis tanpa ada model. Model lisan tetap ada dan harus model yang benar-benar baik.
Jawaban latihan pada pola-pola kalimat yang biasanya dikerjakan secara lisan dapat juga dipakai sebagai latihan menulis.

c.       Ilmak[10]
Imlak banyak sekali manfaatnya asal saja bahan yang diimlakkan dipilih dengan cermat.Imlak disamping melatih ejaan juga melatih pendengaran.Bahkan pemahaman juga dilatihkan sekaligus.
Macam-macam imlak ada dua:
1)      Imlak yang dipersiapkan sebelumnya. Siswa diberitahu sebelum materi atau teks yang akan diimlakkan.
2)      Imalk yang tidak dipersiapkan sebelumnya. Siswa tidak diberitahu materi atau teks yang akan diimlakkan.

Teknik pembetulan yang harus dilakukan adalah:
·         Guru sendiri yang memeriksa atau melakukan pembetulan, dengan mengumpulkan semua hasil pekerjaan siswa dan dikerjakan di rumah.
·         Dipertukarkan antar sesame siswa dalam satu kelas
·         Setiap siswa mengoreksi hasil pekerjaannya sendiri

d.      Rekombinasi dan transformasi
Rekombinasi adalah latihan menggabungkan kalimat-kalimat yang mulanya berdiri sendiri menjadi satu kalimat panjang yang utuh. Sedangkan transformasi adalah latihan mengubah bentuk kalimat , dari kalimat positif menjadi kalimat negative, dari kalimat berita menjadi kalimat Tanya, dan sebagainya.



e.       Mengarang terpimpin (insya’ muwajjah/guided composition)
Pada tahap ini siswa mulai dikenalkan dengan penulisan aliea,walaupun sifatnya masih terpimpin.
Contoh :
اكتب القطعة التالية مع اختيار الأصح مما بين القوسين !
اخذ القرطاس (في من) الدرج و اضع (ه ها) (على في) المكتب
 ثم اجلس (على فوق) الكرسي و اكتب رسالة (ل الى ) والدي

f.       Mengarang bebas (insya’ hurr/ free composition)
Tahap ini merupakan tahap yang melatih siswa mengutarakan hatinya dengan memilih kata-kata dan pola kalimat dengan bebas.Namun guru hendaknya tetap memberikan bimbingan dan pengarahan. Tanpa bimbingan dan arahan dari guru, siswa bisa bingung,tidak tahu apa yang harus ditulisnya. Ada baiknya kalau topic,unsur-unsur dan panjang karangan ditentukan oleh guru dan mengikutsertakan siswa dalam penentuannya. Hendaknya selalu diingat bahwa tidak semua orang dapat mengarang dengan mudah. Karena itu judul yang diberikan hendaknya disesuaikan dengan  kemampuan dan tingkat kematangan anak.
Urutan tingkat kesukaran kurang lebih dapat dijadikan pedoman adalah, sebagai berikut :
·         Menulis definisi kata sehari-hari.
·         Menulis kembali apa yang telah dipelajari sebelumnya dalam pelajaran (muthala’ah).
·         Menceritakan suatu kejadian atau peristiwa.
·         Memeriksa (mendeskripsikan) satu benda atau satu keadaan.
·         Menulis surat.
·         Menulis suatu topic tentang pengetahuan yang telah diketahuinya dari mata pelajaran lain.
·          Menulis artikel yang menuntut daya pikir .[11]

                         III.            Penutup
Kesimpulan
Secara garis besar latihan keterampilan membaca bisa dilakukan dengan cara belajar memperkaya kosa kata, belajar mengenal (kognisi) isi bacaan, dan belajar mengenal pola kalimat.
Sedangkan latihan keterampilan menulis bisa dilakukan dengan cara mencontoh, reproduksi, imlak, rekombinasi dan transformasi, mengarang terpimpin, dan mengarang bebas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar