1.
Pendahuluan
Yang dimaksud dengan ta’rib dalam judul di atas adalah “kosa-kata
asing yang telah diserap ke dalam bahasa Arab” Dengan demikian, persoalan yang
akan kami bahas pada tulisan ini terkait dengan pertanyaan apakah
terdapat kosa-kata serapan bukan bahasa Arab dalam al-Qur’an serta bagaimana
pandangan para ulama terkait persoalan ta’rib tersebut?
Al-Qur’an adalah firman Allah yang merupakan mukjizat, yang diturunkan
kepada RasulNya Muhammad saw. berupa mushaf-mushaf secara mutawatir dan
membacanya merupakan ibadah.[1] Semua
umat Islam dituntut untuk membaca Al-Qur`an dan mendalami apa yang didalamnya
baik ilmu-ilmu pengetahuan, syari’at-syari’at dan hikmah-hikmah,[2]
sebagai wasilah untuk menjauhi kesesatan dari jalanNya, sebagaimana
firmanNya:
أفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا.[3]
Dan sabda Rasulullah saw.:
عَنْ مَالِكٍ أَنَّهُ بَلَغَهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
-صلى الله عليه وسلم- قَالَ: “َترَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا
تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ.[4]
Oleh karena itu, mempelajari bahasa Arab merupakan kewajiban bagi umat
Islam, karena mempelajari Al Quran secara sempurna tidak dapat terjadi kecuali
menguasai bahasa Arab,[5] Dalam
kaidah ushul fiqh فما لا يتمّ الواجب إلاّ به فهو الواجب (hal yang menjadikan perintah wajib sempurna termasuk wajib).
Oleh karena itu ulama mengatakan: “Sesungguhnya bahasa Arab adalah bagian
dari agama, karena pemahaman agama tergantung pada penguasaan bahasa Arab”. Dan
Noldoke (seorang orientalis) mengatakan: “Sesungguhnya bahasa Arab tidak akan
menjadi bahasa dunia yang sejati, kalau bukan karena Al Quran”.[6] Dari paparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ada ikatan yang
erat antara agama Islam dengan bahasa Arab.
Terlepas dari itu, sejak kelahirannya sampai dengan dewasa ini, bahasa arab
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh bahasa-bahasa lain karena hubungannya dengan
negara-negara tetangganya seperti: Persia, Habasyah, Romawi, Syiria dan
lain-lain. Bahasa arab mengambil sebagian bahasa-bahasa mereka. Seperti
kata-kata: الجبت
والطاغوت ومشكاة berasal dari Habasyah, وزنجبيل وسرادق وسجين berasal dari Persia, والصراط والقسطاس والقنطار
berasal dari Romawi, dan kata-kata asing ini bergabung dengan bahasa Arab
sehingga menjadi bagian dari bahasa Arab sesuai dengan kaidah istiqoq
dan bentuk kata.[7]
Maka muncullah perbedaan pendapat dan terjadi perdebatan panjang di
kalangan Ulama tentang ada-tidaknya kata-kata yang diarabkan (arabisasi)
dalam Al-Qur’an, karena banyaknya ayat-ayat tentang ke-araban Al-Qur’an. Dan
penafsiran ayat-ayat ini merupakan titik perdebatan.
Bahkan Arthur Jeffery (seorang orientalis) menjadikan masalah ini sebagai
bukti bahwa Al Qur`an tidak memiliki otentitas, karena di dalamNya terdapat kata-kata
asing (non Arabic), bahkan ia mengatakan bahwa sesungguhnya Al Qur`an
adalah produk budaya (muntaj tsaqafy), dimana Muhammad saw. Yang
menciptakan kata-kata di dalamNya.[8]
2.
Al-Qur'an dan Bahasa Arab
Dalam al-Qur’an paling tidak terdapat sepuluh ayat yang
mengisyaratkan bahwa al-Qur’an itu berbahasa Arab.[9]
Al-Qur’an pertama kali berinteraksi dengan masyarakat Arab
pada masa nabi Muhammad. Keahlian mereka adalah bahasa dan sastra Arab. Dalam kehidupan
mereka telah terbangun tradisi musabaqah untuk menciptakan dan menggubah puisi,
khutbah, dan nasehat. Karya-karya mereka yang dinilai indah akan digantungkan
di dinding ka’bah, dan bahkan didendangkan di hadapan publik. Para penyair atau
sastrawan mendapat kedudukan istimewa di tengah masyarakat Arab.[10]
Karena masyarakat Arab mengklaim bahwa al-Qur’an bukan
merupakan firman Allah, sementara pada saat yang bersamaan mereka memiliki
keahlian yang tinggi dalam bidang bahasa, maka tidak mengherankan jika
tantangan pertama yang dilontarkan oleh al-Qur’an kepada mereka yang ragu
adalah tantangan untuk menyusun kalimat semacam al-Qur’an, minimal dari segi
keindahan dan ketelitiannya.[11]
Dengan demikian dapat dipahami bahwa keunikan dan
keistimewaan al-Qur’an dari aspek bahasa merupakan kemukjizatan yang utama dan
pertama yang ditujukan kepada masyarakat Arab. Kemukjizatan yang dihadapkan
kepada mereka saat itu, bukan dari aspek isyarat ilmiyah ataupun pemberitaan
ghaib, karena kedua aspek itu berada di luar pengetahuan dan kemampuan mereka.
Persoalan selanjutnya, kenapa harus bahasa Arab yang
dijadikan Allah sebagai bahasa al-Qur’an? Bukan bahasa lain? Barangkali itu
adalah hak “ketuhanan” Allah, yang jelas tidak bisa kita kritisi untuk
menafikannya.
Meski demikian, pilihan Allah SWT mengapa al-Qur'an itu dalam
bahasa Arab paling tidak ada beberapa hal penyebabnya, yaitu:
a.
Bahasa tertua yang terbukti
masih aktif
Secara historis, bahasa Arab termasuk salah satu dari rumpun
bahasa Semit. Ada banyak tokoh dengan pernyataan yang sama; bahwa bahasa Arab
merupakan salah satu rumpun bahasa semit. Sebut saja Masnal Jazuli, Guru Besar
Bahasa Arab IAIN Imam Bonjol Padang, dalam bukunya al-Isytirâk fi al-Lughah
al-Arabiyyah menyatakan: اللغة
العربية من اللغات السامية [12]
Lebih jauh dari itu, Emil Badi’ Yakub, setelah menganalisa
berbagai pendapat terkait bahasa Arab sebagai salah satu bahasa semit, lalu Ia
menyimpulkan bahwa bahasa Arab adalah bahasa yang paling dekat dengan bahasa
proto semit (al-Umm al-Sâmit). Sebagai terungkap dalam bukunya Fiqhu
al-Lughâh al-Arabiyah wa Khasâisuha :
... إلى أن اللغة
العربية هى اقرب اللغة السامية الى اللغة السامية الأم[13]
M. Quraish Sihab,
dalam bukunya Mukjizat al-Qur’an juga menyatakan bahwa bahasa Arab
termasuk rumpun bahasa Semit, sama dengan bahasa Babilonia, Asyuria, Aramy,
Ibrani, Yaman Lama, Habsyi Semit dan bahasa Arab itu sendiri. Ketiga bahasa
yang pertama telah lenyap, demikian pula sebagian dari bahasa-bahasa Yaman
Lama. Sedangkan tiga yang terakhir masih ada, tapi bahasa Arab adalah yang paling
menonjol dan paling luas tersiar dan tersebar.
Realita inilah yang menjadi salah satu penyebab keunggulan
bahasa Arab dan bahasa lainnya; sampai saat ini masih “hidup” dan menjadi alat
berkomunikasi resmi, setidaknya oleh masyarakat yang tinggal di kawasan Jazirah
Arab dan Asia Tengah.
b.
Bahasa Terkaya.
Sebagai salah satu bahasa tertua, wajarlah bila bahasa Arab
memiliki jumlah kosa kata yang paling besar, selain itu, bahasa Arab dikenal
memiliki banyak kelebihan, diantaranya:
1.
Sejak dulu hingga sekarang
bahasa Arab itu merupakan bahasa yang hidup.
2.
Bahasa Arab adalah bahasa
yang lengkap dan luas untuk menjelaskan tentang ketuhanan dan keakhiratan.
3.
Bentuk-bentuk kata dalam
bahasa Arab mempunyai tashrif yang amat luas hingga dapat mencapai 3.000 bentuk
perubahan, yang demikian itu tak terdapa dalam bahasa lain.
c.
Bahasa Penunjang Kekelan
al-Qur'an
Tiga kesatuan poin agama Islam, risalah (Islam), kitab
(al-Qur'an) dan rasul Allah SWT (Muhammad). Karena Islam adlaah risalah yang
universal dan kekal, maka mukjizatnya harus retoris dan lingustis. Dan Allah
SWT telah berjanji untuk memeliharanya, seperti ditegaskankan-Nya:
“Sesungguhnya Kami yang menurunkan al Dzikra (al-Qur'an) dan Kami pula yang
memeliharanya”. (Q.S.15:9)
Untuk itu diperlukan sebuah bahasa khusus yang bisa menampung
informasi risalah secara abadi. Sebab para pengamat sejarah bahasa sepakat
bahwa tiap bahasa itu punya masa eksis yang terbatas. Lewat dari masanya, maka
bahasa itu akan tidak lagi dikenal atau bahkan hilang dari sejarah sama sekali.
Maka harus ada sebuah bahasa yang bersifat abadi dan tetap
digunakan oleh sejumlah besar umat manusia sepanjang masa. Bahasa itu ternyata
menurut pakar bahasa adalah bahasa Arab, sebagai satu-satunya bahasa yang pernah ada di muka bumi yang sudah
berusia ribuan tahun dan hingga hari ini masih digunakan oleh sejumlah besar
umat manusia.
3.
Kosa Kata Serapan Asing
(Ta’rib) dalam al-Qur'an
Jalaluddin As Suyuthi mengklasifikasikan tipologi kata-kata muarrob
berdasarkan negara asal kata-kata tersebut, yaitu:
Kata muarrob yang diambil dari
bahasa Ethiopia (الكلمات المشتقّة من اللغة الحبشية)
Persia Kata muarrob yang diambil
dari bahasa (الكلمات المشتقّة من اللغة الفارسية)
Yunani Kata muarrob yang diambil
dari bahasa (الكلمات المشتقّة من اللغة الرومية)
Kata muarrob yang diambil dari
bahasa India (الكلمات المشتقّة من اللغة الهندية)
Kata muarrob yang diambil dari
bahasa Syiria (الكلمات المشتقّة من اللغة السريانية)
Kata muarrob yang diambil dari
bahasa Ibrani (الكلمات المشتقّة من اللغة العبرانية)
Kata muarrob yang diambil dari
bahasa Nabatian (الكلمات المشتقّة من اللغة النبطية)
Kata muarrob yang diambil dari
bahasa Koptik (الكلمات المشتقّة من اللغة القبطية)
Kata muarrob yang diambil dari
bahasa Negro (الكلمات المشتقّة من اللغة الزنجية)
Kata muarrob yang diambil dari
bahasa Turki (الكلمات المشتقّة من اللغة التركية)
Kata muarrob yang diambil dari
bahasa Barbar (الكلمات المشتقّة من اللغة البربرية)
Kemudian As Suyuthi juga menyebutkan
kata-kata muarrob dalam Al Quran di dalam kitabnya “Al Muhadzab Fii Maa Waqa`A
Fil Quran Minal Muarrob”
الألفاظ المعرّبة
|
أصل اللغة
|
المعاني
|
موقها في القرآن
|
الْأَرَائِكِ
|
حبشيّة
|
السرُر
|
الكهف: 31، يس: 56، الإنسان: 13، المطفّفين: 23، 35
|
آزَرَ
|
فارسيّة
|
شيخ
|
الأنعام: 74
|
إِسْتَبْرَقٍ
|
فارسيّة
|
ديباج غليظ
|
الرحمن: 54
|
أَسْفَارًا
|
نبطيّة
|
كتباً
|
الجمعة: 5
|
إِصْرِي
|
نبطيّة
|
عهدي
|
آل عمران: 81
|
آنِيَةٍ
|
بربريّة
|
حارّة
|
الغاشية: 5
|
آنٍ
|
بربريّة
|
الذي انتهى حرّه
|
الرحمن: 44
|
بَطَائِنُهَا
|
قبطيّة
|
ظواهرها
|
الرحمن: 54
|
بَعِيرٍ
|
عبرانيّة
|
حمار
|
يوسف: 65، 72
|
حِطَّةٌ
|
فارسيّة
|
صواب
|
البقرة: 58، الأعراف: 161
|
حوب
|
حبشيّة
|
إثم
|
النساء: 2
|
الْحَوَارِيُّونَ
|
نبطيّة
|
الغسالون
|
آل عمران: 52، المائدة: 112الصفّ: 14
|
دُرِّيٌّ
|
حبشيّة
|
مضيء
|
النور: 35
|
رَهْوًا
|
نبطيّة
|
سهلا
|
الدخان: 24
|
الرُّومُ
|
روميّة
|
اسم الجيل من الناس
|
الروم: 2
|
زَنْجَبِيلا
|
فارسيّة
|
اسم الثمرة
|
الإنسان: 17
|
سُجَّدًا
|
سريانيّة
|
مقنعي الرؤوس
|
البقرة: 58، النساء: 154، الأعراف: 161
|
سِجِّيلٍ
|
فارسيّة
|
حجارة وطين
|
هود: 82، الحجر: 74، الفيل: 4
|
سُنْدُسٍ
|
فارسيّة
|
رقيق الديباج
|
الكهف: 31، الدخان: 53، الإنسان: 21
|
سُرَادِقُهَا
|
فارسيّة
|
حائط
|
الكهف: 29
|
سَيِّدَهَا
|
قبطيّة
|
زوجها
|
يوسف: 25
|
شَطْرَ
|
حبشيّة
|
تلقاء
|
البقرة: 144، 149،150
|
الصِّرَاطَ
|
روميّة
|
الطريق
|
الفاتحة: 6، طه: 135، المؤمنون: 74، يس: 66، الصافات: 118، ص: 22
|
طُوًى
|
عبرانيّة
|
ليلاً
|
طه: 12، النازعات: 16
|
الطَّاغُوتُ
|
حبشيّة
|
كاهن
|
البقرة: 257، النساء:60، 76، المائدة: 60، النحل: 36، الزمر: 17
|
الْفِرْدَوْسِ
|
روميّة
|
البستان
|
الكهف: 107، المؤمنون: 11
|
الْقِسْطَ
|
روميّة
|
العدل
|
الأنبياء: 47
|
قِنْطَارًا
|
روميّة
|
اثنتا عشرة ألف أوقية
|
النساء: 20
|
كِفْلَيْنِ
|
حبشيّة
|
ضعفين
|
الحديد: 28
|
كُوِّرَتْ
|
فارسيّة
|
غوّرت
|
التكوير: 1
|
مَرْقُومٌ
|
عبرية
|
مكتوب
|
المطفّفين: 9، 20
|
مِشْكَاةٍ
|
حبشيّة
|
الكوة
|
النور: 35
|
وَرْدَةً
|
فارسيّة
|
تصير حمراء
|
الرحمن: 37
|
وَزَرَ
|
يمنيّة
|
جبل
|
القيامة: 11
|
الْيَمِّ
|
سريانيّة
|
البحر
|
الأعراف: 136، طه: 39، 78، 97
|
يُصْهَرُ
|
مغربيّة
|
ينضج
|
الحج: 20
|
Dalam hal ini, tampak pendapat As
Suyuthi dalam kitab “Al Muhaddzab fi maa Waqa`a fil Quran Minal Muarrob” dan
kitab “Al Itqan Fii Ulumil Quran”.
Kelompok kata yang dikatakan berasal dari bahasa bukan
Arab, yaitu:
1. Kelompok
bahasa-bahasa Semit; bahasa Ethiopia, Suryani, Ibrani, dan Nabti.
2. Kelompok
bahasa-bahasa Indo-Eropa; Yunani dan bahasa Persi.
3. Kelompok
bahasa-bahasa Hamit; bahasa Barbar dan bahasa Kopti.
4. Kelompok
bahasa-bahasa Turanik; bahasa Turki dan bahasa-bahasa bukan Arab lain[14]
Bentuk-bentuk ta’rib dalam al-Qur’an
sebagaimana terungkap di atas dapat dijelaskan secara berurut sebagai berikut:
A. Huruf
Hamzah
1. Kata (أباريق) dalam
firman Allah (بِأَكْوَابٍ وَأَبَارِيقَ وَكَأْسٍ مِّن مَّعِينٍ) Berasal dari bahasa Persi yang bisa bermakna saluran air
atau menuangkan air.
2. Kata (أبا) dalam firman
Allah (وَفَاكِهَةً وَأَبّاً), yang
berarti alhissis (rumputan) dalam bahasa ahlu al-Maghrib
3. Kata (إبلعى) dalam firman Allah (يَا أَرْضُ ابْلَعِي مَاءكِ). Ibnu Hatim dalam tafsirnya, sebagaimana dikutip oleh
al-Suyuthi, menyatakan bahwa kata ibli’I Berasal dari bahasa Habsyi. Sementara
Saikh bin Hayyan menyatakan berasal dari bahasa Hindi.
4. Kata (أخلد) dalam ayat (وَلَـكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأَرْضِ), yang berarti rukun (sandaran) dalam bahasa Ibrani
5. Kata (الأرائك) dalam ayat (عَلَى الْأَرَائِكِ نِعْمَ الثَّوَابُ). Ibnu al-Jauziy dalam bukunyaFunun al-Afnan,
sebagaimana dikutip oleh al-Suyuthi menyatakan itu adalah bahasa Habsi yang
berarti dipan atau ranjang
6. Kata (ازر) dalam
ayat (وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ لأَبِيهِ آزَرَ). al-Kirmaniy dalam al-Aja’ib,
sebagaimana dikutip oleh al-Suyuthi menyatakan bahwa Azar dalam
ayat di atas berasal dari bahasa Persi yang berarti Syaikh (orang yang sudah
uzur)
7. Kata (استبرق). Menurut Abu Hatim dan Abu Ubaid, sebagaimana dikutip
oleh al-Suyuthi berpendapat bahwa kata tersebut berasal dari bahasa Persi
8. Kata (اسفار). Al-Wasithi dalam al-Irsyad menyatakan
kata tersebut berasal dari bahasa Suryani, sementara al-Kirmaniy berpendapat
bahwa kata tersebut berasal dari bahasa Nabti. Kata asfar, baik dalam
bahasa Suryani ataupun nabti sama-sama berarti al-Kutub (kitab)
9. Kata (اصرى). Abu al-Qasim dalam kitabnya Lughat al-Qur’an menyatakan
kata tersebut berasal dari bahasa Nabti yang berarti ‘ahdiy (perjanjian)
10. Kata (اكواب), berasal dari bahasa Nabti yang berarti gelas atau
cangkir
11. Kata (أليم) berasal dari bahas Ibrani
12. Kata (إلا) berasal dari bahasa nabti yang merupakan nama Allah
13. Kata (إناه). Menurut Abu Qasim dalam bukunya lughat al-Qur’an,
kata tersebut berasal dari bahasa Barbar
14. Kata (ان) berasal dari bahasa Barbar
15. Kata (انية) dalam firman Allah (من عين انية) berasal
dari bahasa Barbar yang berarti (حارة) dalam bahasa Barbar
16. Kata (أواه) berasal dari bahasa Habsyi
17. Kata (أواب) berasal dari bahasa Habsyi yang bermakna (المصباح)
18. Kata (أوبى) berasal dari bahasa Habsyi
19. Kata (الأولى و
الأخرة) dalam
firman Allah (الجاهلية الأولى) dan (فى الملة
الأخرة) berasal
dari bahasa Habsyi. Ini sebagaimana dinyatakan al-Zarkasyi dalam al-Burhan, di
mana orang-orang Nabti menamakan al-akhirah dengan al-ula dan al-ula dengan
al-akhirah.
B. Huruf
ba
1. kata (بطائنها) dalam firman Allah (بطائنها من استبرق) berasal dari bahasa Qibti
2. Kata (بعير) dalam firman Allah (حمل بعير) berasal
dari bahasa Ibrani
3. Kata (بيع) berasal dari bahasa Persi
C. huruf
Ta
1. Kata (تتبيرا) dalam firman Allah (وليتبروا ما علوا تتبيرا) berasal
dari bahasa Nabti
2. Kata (تحت) dalam firman Allah (فناداها من تحتها) berasal dari bahasa Nabti
3. Kata (تنور) berasal dari bahasa Persi
D. Huruf Jim
1. Kata (جبت) berasal dari bahasa Habsyi
2. Kata (جهنم) berasal dari bahasa Persyi
E. Huruf Ha
1. kata (حرام) berasal dari bahasa Habsyi
2. Kata (حصب) berasal dari bahasa Zanjiy
3. Kata (حطة) berasal dari bahasa ahlu al-kitab yang tidak diketahui
maknanya dalam bahasa Arab.
4. Kata (حوب) dalam firman Allah (انه كان حوبا كبيرا) berasal
dari bahasa Habsyi yang berarti (إثم)
5. Kata (حواريون) berasal dari bahasa Nabti
F. Huruf Dal
1. Kata (درست) berasal dari bahasa Ibrani
2. Kata (دري) berasal dari bahasa Habsyi
3. Kata (دينار) berasal dari bahasa Persi
G. Huruf Ra
1. Kata (راعنا) adalah bahasa yang digunakan orang Yahudi
2. Kata (ربانيون) berasal dari bahasa Ibrani atau Suryani, pendapat ini
sebagaimana dinyatakan oleh al-Jawaliqi
3. Kata (ربيون) berasal dari bahasa Ibrani
4. Kata (الرس) berasal dari bahasa a’jamiy yang bermakna (البئر)
5. Kata (الرقيم) berasal dari bahasa Romawi
6. Kata (رمز) berasal dari bahasa Ibrani
7. Kata (رهو) dalam firman Allah (واترك البحر رهوا). Abu
Qasim dalam bukunya Lughat al-Qur’an menyatakan bahwa kata tersebut berasal
dari bahasa Nabti yang bermakna (سهلا), sementara
al-Wasiti menganggapnya berasal dari bahasa Suryani yang bermakna (ساكنا)
8. Kata (الروم) berasal dari bahasa a’jamiy (asing), nama salah satu
bangsa anak manusia.
H. Huruf Za
1. Kata (الزنجبيل) berasal dari bahasa Persi
I. Huruf Sin
1. Kata (سجدا) dalam firman Allah (وادخلوا الباب سجدا) berasal dari bahasa Suryani
2. Kata (السجل) berasal dari bahasa habsyi
4. Kata (سجيل) Ada berbagai pendapat tentang asal-usul kata سِجِلّ; sebagian mengatakan kata itu berasal dari Abyssinia dan
berarti رجل (lelaki),
Ibnu Jinni mengartikannya dengan surat dan menurutnya kata ini berasal dari
bahasa Parsi, Khaffaji sepakat dengan pendapat yang mengatakan kata ini berasal
dari Abyssinia dan berarti surat. Sedang Arthur Jeffery menolak dua pendapat
tersebut dan menyatakan bahwa kata ini bukan berasal dari Abyssinia dan juga
bukan dari Parsi, melainkan dari bahasa Yunani yang sepadan dengan kata
Latin “sigillum”
5. Kata (سجين). Abu Hatim tidak member komentar banyak perihal kata di atas,
Ia hanya mengomentarinya dengan ungkapan (انه غير عربية)
6. Kata (سرادق) berasal dari bahasa Persi
7. Kata (سرى) berasal dari bahasa Persi
8. Kata (سفرة) berasal dari bahasa Nabti
9. Kata (سكر) berasal dari bahasa Habsyi
10. Kata (سلسبيل) adalah nama a’jamiy
11. Kata (سندس) berasal dari bahasa Persi
12. Kata (سيدها) dalam firman Allah (والفيا سيدها لدى الباب) berasal dari bahasa Qibti
13. Kata (سنين) berasal dari bahasa Habsyi
14. Kata (سينا) berasal dari bahasa Nabti
J. Huruf Syin
1. kata (شطر) dalam firman Allah (شطر المسجد الحرام) berasal dari bahasa Habsyi
2. Kata (شهر) berasal dari bahasa Suryani
K. Huruf Shad
1. kata (الصراط) berasal dari bahasa Romawi yang berarti (الطريق)
2. Kata (صرهن) berasal dari bahasa Nabti
L. Huruf Tha
1. Kata (طه) berasal dari bahasa Habsyi
2. Kata (الطاغوت) berasal dari bahasa Habsyi yang berarti (كاهن)
3. Kata (طفقا) berasal dari bahasa Romawi
4. Kata (طوبى) berasal dari bahasa Habsyi
5. Kata (الطور) berasal dari bahasa Suryani yang berarti (الجبل)
6. Kata (طوى) berasal dari bahasa Ibrani yang berarti (رجل)
M. Huruf ‘Ain
1. Kata (عبدت) dalam firman Allah (ان عبدت بنى اسرائيل) berasal dari bahasa nabti yang berarti (قتلت)
2. Kata (عدن) berasal dari bahasa Suryani
3. Kata (العرم) dalam firman Allah (سيل العرم) berasal
dari bahasa Habsyi
N. Huruf Ghain
1. Kata (غساق) berasal dari bahasa Turki
2. Kata (غيض) berasal dari bahasa Habsyi
O. Huruf Fa
1. Kata (الفردوس) berasal dari bahasa Romawi yang bermakna (بستان)
2. Kata (فوم) berasal dari bahasa Ibri yang berarti (الحنطة)
P. Huruf Qaf
1. Kata (قرطاس) dalam ayat (وَلَوْ نَزَّلْنَا عَلَيْكَ كِتَاباً فِي قِرْطَاسٍ). Penulis al-Kalimat al-Aromiyyah fil Lughotil
Arobiyyah berpendapat bahwa kata ini bukan bahasa Arab asli dan
berasal dari kata “charta” dalam bahasa Yunani sedang dalam
bahasa Abyssinia adalah kartas. Sementara itu, al-Suyuthi
hanya mengomentarinya dengan pernyataan “ان القرطاس غير عربى”
2. Kata (القسط) dan (القسطاس) aslinya berasal
dari bahasa Romawi
3. Kata (قسورة) berasal dari bahasa Habsyi
4. Kata (قطنا) berasal dari bahasa Nabti yang berarti (كتابنا)
5. Kata (قفل) aslinya adalah bahasa Persi
6. Kata (القمل), berarti (الدبا) dalam
bahasa Ibri atau Suryani, sementara Abu Umar, ketika ditanya terkait kosa-kata
tersebut, menyatakan ketidak tahuannya tentang asal-usul kosa-kata tersebut.
7. Kata (قنطار), ada banyak pendapat terkait asal-usul kata tersebut.
Setidaknya, ada empat pandangan berbeda sebagaimana dikutip oleh al-Suyuthi;
Tsa‘alabi menyatakan kata tersebut aslinya adalah Romawi, al-Kholil menduganya
berasal dari Suryani, Ibnu Qutaibah menyatakan berasal dari Afrika, sementara
yang lain menyatakan berasal dari bahasa Barbar.
8. Kata (القيم) berasal dari bahasa Suryani
Q. Huruf Kaf
1. Kata (كافور) berasal dari bahasa Persi
Terkait kata (كافور) ini, Salman Harun dalam bukunya memberi catatan khusus dengan
menyatakan bahwa kata tersebut sebenarnya bukanlah berasal dari bahasa Persia
akan tetapi berasal dari kosa-kata bahasa Indonesia, yaitu dari kata kapur
barus yang diserap oleh bahasa-bahasalain di dunia, yang kemudian
diserap ke dalam bahasa Arab.
Salman Harun,
Setelah mengungkapkan argumen-argumennya, lalu Ia menyatakan sebagai bangsa
Indonesia kita patut berbangga di karenakan salah satu kosa-kata kita digunakan
Allah sebagai pengungkap firman-Nya dalam al-Qur’an.
Apa yang
diungkapkan Salman Harun di atas tentu patut diapresiasi. Tidak bermaksud
mematahkan pernyataan beliau, rasanya pernyataan tersebut harus ditinjau ulang
dengan menyajikan data-data ilmiyah yang lebih akurat dengan menjelaskan
sejarah masing-masing bangsa, baik Arab maupun Indonesia serta mencari
fakta-fakta kebersinggungan yang pernah terjadi antara bahasa Indonesia dengan
bahasa-bahasa di dunia yang menjadi perantara kata (كافور) diserap ke
dalam bahasa Arab.
3. Kata (كفر) dalam ayat (كفر عنهم سيئاتهم) berasal dari bahasa Ibrani
4. Kata (كفلين) berasal dari bahasa Habsyi
5. Kata (كتر) berasal dari bahasa Persi
6. Kata (كورت) dalam ayat (إذا الشمس كورت)berasal
dari bahasa Persi
R. Huruf Mim
1. Kata (متكئا) aslinya adalah Habsyi
2. Kata (مرقوم) dalam firman Allah (كتاب مرقوم) berasal
dari bahasa Ibri
3. Kata (مزجاة) berasal dari bahasa Qibti
4. Kata (مسك) berasal dari
bahasa Persi
5. Kata (مشكاة) berasal dari bahasa Habsyi
6. Kata (مقاليد) dalam ayat (له مقاليد السموات الأرض) berasal
dari bahasa Persi
7. Kata (ملكوت) berasal dari bahasa Nabti
8. Kata (مناص) berasal dari bahasa Nabti
9. Kata (منساة) berasal dari bahasa Habsyi
10. Kata (منفطر) berasal dari bahasa Habsyi
11. Kata (المهل) berasal dari bahasa Barbar
S. Huruf Nun
1. Kata (ناشئة) dalam firman Allah (إن ناشئة الليل) berasal dari bahasa Habsyi
T. Huruf Ha
1. kata (هدنا) berasal dari bahasa Ibrani
2. Kata (هون) dalam ayat (وعباد الرحمن الذين يمشون على الأرض هونا ) berasal
dari bahasa Suryani
3. Kata (هيت لك) berasal dari bahasa nabti
U. Huruf Waw
1. Kata (وراء) berasal dari bahasa Nabti
2. Kata (وردة) dalam firman Allah (فاءذا انشقت السماء فكانت وردة), tidak ada keterangan jelas terkait asal-usul kata ini
tapi ada kesepakatan untuk menyatakan bahwa ia bukan bahasa Arab asli (ليس بعربى)
3. Kata (وزر) berasal dari bahasa Nabti
V. Huruf Ya
1. kata (ياقوت) berasal dari bahasa Persi
2. Kata (يحور) dalam ayat (انه ظن ان لن يحور) berasal dari bahasa Persi
3. Kata (يس) berasal dari bahasa Habsyi
4. Kata (يصدون) berasal dari bahasa Habsyi
Berangkat dari uraian di atas, terlihat jelas bahwa
memang terdapat kata-kata yang berasal dari bukan bahasa Arab dalam al-Qur’an.
Sebaliknya pendapat yang meyakini bahwa al-Qur’an tidak mengandung kata-kata
yang berasal dari bahasa asing, sebagaimana dinyatakan oleh Syahin adalah tidak
benar karena tidak didukung oleh fakta-fakta yang ada.
4. Hikmah
Adanya Kata-Kata Mu’rab dalam al-Qur'an
Suyuthi menyebutkan beberapa hikmah
tentang adanya kata-kata muarrob dalam Al Quran, yaitu:
1. Sebagai bukti bahwa Al Quran mencakup
semua pengetahuan orang-orang terdahulu dan sekarang
Kata-kata muarrob ini membuktikan
bahwa al-Qur'an mencakup ilmu terdahulu, sekarang, semua semesta alam, dan
wajib mempunyai bukti bahwa dia mencakup semua bahasa, maka kemudian bahasa
yang paling sopan, terbaik, dan frekeunsi penggunaan untuk bahasa Arab. Maka
kata-kata habasyah, Persia, romawi di dalam Al Quran misalnya, menunjukkan
bahwa Al Quran mencakup semua ilmu, dan tidak hanya berkutat kepada masyarakat
Arab.
2. Menunjukkan tingginya derajat Al Quran
dari seluruh kitab-kitab yang diturunkan.
Ibnu Naqib menjelaskan bahwa: dari
karakteristik Al Quran yang membedakan dengan kitab-kitab sebelumnya, bahwa ia
berbahasa Arab dan juga berbahasa Romawi, Persia, Habasyah. Berbeda dengan
kitab-kitab yang lain hanya berbahasa kaumnya, dan tidak berbahasa kaum yang
lain.
Dengan karkateristik ini, Al Quran
lebih unggul daripada kitab-kitab yang lainnya, kitab Taurat misalnya, hanya
berbahasa Ibrani dan bukan yang lainnya, karena kaum Yahudi ketika itu
berbicara bahasa itu.
3. Sebagai Bukti Bahwa Al Quran Mencakup
Bahasa-Bahasa Dunia
Sesungguhnya nabi Muhammad saw.
diutus untuk seluruh umat manusia, sebagaimana firmanNya:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِّلنَّاسِ بَشِيرًا
وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ[15]
Maka sudah seharusnya kitab yang
dibawa Muhammad juga mencakup bahasa seluruh umat, meskipun kitab itu mayoritas
berbahasa Arab, hal ini senada dengan firmanNya:
وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ رَسُولٍ إِلَّا بِلِسَانِ
قَوْمِهِ لِيُبَيِّنَ لَهُمْ[16]
Oleh karena itu, Al Quran mengandung
kata-kata berbahasa Persia karena ketika itu bangsa tersebut terkenal dengan
kemajuan peradabannya dan bahasanya dipakai oleh bangsa-bangsa. Sebagai bukti
Al Quran untuk semua umat, maka ia juga mengandung kata-kata bahasa
internasional diantaranya bahasa Persia yang ketika itu menyebar sampai ke
Mesopotamia, bahkan peradabannya hampir mengeser peradaban Habasyah di daerah
Makkah.[17]
4. Perintah untuk Taat Kepada Allah
Sebagian ulama memandang bahwa
hikmah adanya kata-kata muarrob di dalam Al Quran yaitu, jika dikatakan bahwa “إِسْتَبْرَقٍ” adalah bukan bahasa Arab, dan
bahasa non Arab tidak sefasih bahasa Arab, maka seperti dikatakan oleh
Jalaluddin As Suyuthi: seandainya seluruh ahli bahasa berkumpul dan hendak
meninggalkan lafadz (kata-kata muarrob) ini, maka niscaya mereka tidak sanggup
melakukannya, karena perintah Allah swt. untuk selalu taat dan patuh terhadap
keputusanNya. Dengan kata lain, menyakini bahwa kata-kata muarrob dalam Al
Quran adalah kata-kata pilihan dan terbaik, dan tidak ada kata yang bisa
mengantikan posisinya dan kata-kata itu merupakan pilihan Allah swt.
5. Keterbatasan Istilah-Istilah dalam Bahasa
Arab
Sebagian kata-kata yang diperlukan
dalam Al Quran tidak terdapat dalam bahasa Arab, maka kata-kata itu diambil
dari bahasa lain, karena maknanya lebih luas dan sesuai daripada bahasa Arab.
Kata “الحرير” yang
artinya berat dan berharga, sedangkan dalam bahasa Arab “الصفيق” ringan dan berharga, maka
penggunakan kata pertama lebih didahulukan karena maknanya lebih luas dan
sesuai dari kata kedua.
6. Menyebutkan kata yang lebih ringkas dan
efektif
Sesungguhnya menggunakan satu kata lebih
utama daripada dua kata atau lebih, karena itu lebih jelas dan efektif, kata “إِسْتَبْرَقٍ”[18]
digunakan karena tidak ada satu kata bahasa Arab yang sama.
Dari penjelasan diatas, Suyuthi belum menjelaskan
secara gamblang terhadap masalah kata-kata muarrob dalam Al Quran. Meskipun
demikian, ia sependapat dengan Ibnu Jarir yang menafsirkan ayat 44 dalam surat
Fussilat, dimana ia memandang bahwa ayat itu merupakan berita Allah tentang
perkataan kaum musyrik Quraisy, dan meninggalkan kata pertanyaan yang ada di “أعجميّ”, yaitu ketika mereka mengatakan
mengapa Al Quran ini tidak diturunkan dengan bahasa Arab dan Non Arab (`ajam),
kemudian Allah swt menurunkan ayat 44 fussilat ini sebagai jawaban dari
perkataan mereka:
“وَلَوْ جَعَلْنَاهُ قُرْآَنًا
أَعْجَمِيًّا لَقَالُوا لَوْلا فُصِّلَتْ آَيَاتُهُ أَأَعْجَمِيٌّ وَعَرَبِيٌّ”[19]
Sejak turunnya ayat ini, maka Al Quran selain
berbahasa Arab juga non Arab,[20] disamping itu Ibnu Jarir juga mengatakan dengan sanad yang
shahih:
“في القرآن من كلّ لسان”
Meskipun Suyuthi tidak menjelaskan pendapatnya secara
gamblang, penulis memandang bahwa pendapatnya dapat dilihat dari paparannya
tentang hikmah-hikmah adanya kata-kata muarrob dalam Al Quran, klasifikasi
kata-kata muarrob dalam Al Quran dan daftar kata-kata muarrob dalam Al Quran. Maka
dari variabel-variabel ini, bisa disimpulkan bahwa Suyuthi sependapat dengan
golongan Abu Ubaid Al Qasim, yang menyatakan bahwa kata-kata muarrob
dalam Al Quran memang benar adanya, meskipun kata-kata ini sudah melalui proses
arabisasi dan telah digunakan secara jamak oleh masyarakat Arab. Walaupun
demikian, kata-kata ini tidak mengurangi kesucian Al Quran yang mengatakan
kearaban kitab Muhammad saw. Karena beberapa kata muarrob dalam Al Quran tidak
akan merubah keberadaan berbahasa Arab, sebagaimana beberapa kata Arab di syair
Persia, tidak akan merubahnya menjadi bahasa Arab.[21]
5.
PENUTUP
Pendapat para ulama mengenai
ta’rib dalam al-Quran terbagi menjadi tiga, yaitu: pertama, menolak
keberadan ta’rib dalam al-Quran. Diantara ulama yang mendukung pendapat ini
adalah Imam al-Shafi’i, ibn Jarir al-Tabari, Abu ‘Ubaidah, al-Qadi Abu Bakr dan
Ibn Faris. Mereka beralasan bahwa Allah
yang menyatakan bahwa al Quran berbahasa arab sebagaimana dalam surat Yusuf
ayat 2, al Ra’du ayat 39, al Nahl ayat 103, Thaha ayat 113, al-Syu’ara’ ayat
195, al-Zumar ayat 28, Fushshilat ayat 44, al-Syura ayat 7, al-Zukhruf ayat 3,
dan al-Ahqaf ayat 12
Kedua, menyatakan di dalam al-Quran terdapat ta’rib. Dengan alasan
di dalam al-Quran terdapat lafal yang mamnu’ min al-sarf, baik karena merupakan al ‘alam (nama)
atau karena (‘ajam). Di antara ulama yang mendukun pendapat ini adalah
al-Khuwayyi, ibn al-Naqib, Ramadan ‘Abd al-Tawwab, Muhammad al-Sayyid ‘Ali
Al-Balasi.
Ketiga, Pendapat ini merupakan pendapat yang mewakili
pendapat pertama dan kedua. Di antara tokohnya adalah Abu ‘Ubaid bin Qasim bin
Salam, ia berpendapat bahwa meski suatu lafal awalnya dianggap bukan dari
bahasa Arab, namun kemudian berubah menjadi bahasa Arab. Sehinggga ketika
al-Quran turun lafal itu sudah dikenal oleh bangsa Arab dan sudah dianggap
menjadi bagian dari bahasa Arab
Terepas dari pendapat- pendapat diatas menurut penulis
walaupun ada ta’rib dalam Alqura bukan bukan berarti untuk memperlemah bahasa
al-Quran, sebaliknya adanya ta’rib justru menjadi salah satu karakteristik dan
kelebihan al-Quran.
bisa kirim reverensi nya ukhti???
BalasHapus